PBAK: Jumlah Maba Membludak, Anggaran Cekak
Keuangan
dianggap sebagai bahan bakar yang menopang jalannya roda suatu acara atau
organisasi. Tanpa keuangan yang memadai, kebutuhan penyelenggaraan acara tak
bisa dipenuhi. Pelaksanaan acara akan terhambat tanpa kelengkapan kebutuhan.
Begitu pula di agenda Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) yang
diadakan IAIN Ponorogo (28-31/8/17).
PBAK
merupakan penyebutanterbaru dari Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK). Meski
nama PBAK membawa sepaket aturan dan susunan baru, namun jumlah anggaran yang
ada tidaklah berubah.Anggaran PBAK yang sedang dilaksanakan di IAIN Ponorogodisebut-sebut
belum sesuai standarnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa akibat yang ditimbulkan?
Apakah berkaitan dengan transisi STAIN menjadi IAIN tahun ini?
Muhammad
Munir selaku ketua panitia menjelaskan bahwa PBAK IAIN Ponorogo yang sedang
terlaksana belum menggunakan anggaran setaraf IAIN. Anggaran yang ada masih menggunakan
standar STAIN. “Kita ini panitia IAIN,
tapi anggarannya STAIN”, ujar Munir.Lantas bagaimana proses penyusunan
anggaran?
Dalam
hal ini, Khoirul Anam selaku Kasubag Keuanganangkat bicara. Pengajuan anggaran
untuk tahun ini telah disusunseperti tahun kemarin. Sedangkan saat alih status,pembuatan
anggaran belum diresmikan. Penganggaran ditujukan untuk kampus berstatus
Sekolah Tinggi.”SK Kepres turun itu 1
Agustus 2016. Sedangkan saat itu anggaran sudah selesai. Bu Rektor juga baru
dilantik pada bulan Februari”, terang Khoirul Anam.
Munir
kembali menyampaikan bahwa anggaran kampus tergantung jumlah mahasiswa.
Prediksi dari pihak Akademik, Maba (Mahasiswa Baru) tahun ini berjumlah 1.800.
Ternyata setelah penerimaan Maba selesai, hasil yang diperoleh berjumlah 2.237
mahasiswa. “Kami bersyukur dengan
banyaknya mahasiswa,tapi ya harus hemat”, kata Munir.
Menurut
Anam, anggaran yang ada berjumlah 154 juta. Dari anggaran tersebut, sekitar 118
juta digunakan untuk keperluan konsumsi Maba dan Panitia PBAK. Anggaran yang tersedia
dibagikan ke empat fakultas sesuai dengan jumlah Mabanya. Maba keseluruhan
berjumlah 2.237 orang. Dengan rincian FATIK (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan) 1.175, FASYA (Fakultas Syari’ah)315, FEBI (Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam) 547, dan FUAD (Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah) 200
mahasiswa. Sedangkan jumlah panitia dari mahasiswa adalah 430 orang. Ia
melanjutkan, setiap mahasiswa dianggar Rp 6.500,- untuk makan dan Rp 3.500,-
untuk snack.
Anam
menambahkan, dana dibagikan kepada setiap fakultas, namun kreatifitas pengelolaan
diserahkan pada panitia. Dana untuk FATIK sekitar 54 juta, FEBI 27 juta, FASYA
17 juta, dan FUAD 13 juta. “Masalah
penggunaan menurut kreatifitas dari Fakultas masing-masing. Karena adanya ya
cuma segitu”, ujarnya.
Dengan
terbatasnya anggaran, panitia dituntut mengatasi seluruh kebutuhan agenda PBAK dengan
bermodalkan dana yang cair. Lalu bagaimana panitia menyikapi hal tersebut?
Penyelesaian
permasalahan keterbatasan anggaran dilakukan oleh panitia dengantidak serta
merta menyetujui semua estimasi dana. Selain itu, terdapat pemangkasan
anggaran, salah satunya notebook untuk Maba yang ditiadakan. Hal ini
berbeda dengan OPAK tahun lalu.“Ndak
semua anggaran di ACC.Salah satu yang
dikurangi adalah notebook”, ujar Munir.
Menurut
Saifullah selaku Wakil Rektor III, pengurangan anggaran perlu dilakukan dengan
efisien tanpa mengurangi esensi PBAK. “Saya kira tidak,
kita efisien yang setinggi-tingginya, jadi adabeberapa yang kita pangkas memang, tetapi itu tidak mengurangi makna dari PBAK tahun ini”, terangnya.
Ia
melanjutkan, keperluan PBAK telah cukup terpenuhi, namun belum bisa melakukanpeningkatan
karena keterbatasan anggaran. Misalnya adalah tidak bisa mengundang narasumber
yang berskala nasional. “Yang standar sebenarnya sudah terpenuhi
semua, kalau memang ingin berimprofisasi
memang mutlak harus ada tambahan”, imbuh
Saifullah.
Selain itu, penanggulangan dilakukan
dengan menggunakan dana-dana dari sumber lain. Munir mengaku bahwa untuk mendatangkan
narasumber dari Kapolres ditopang menggunakan dana dari sumber lain yang tidak
disebutkan. Selain itu, terop dan soundsystem
menggunakan anggaran resepsi wisuda yang dilaksanakan Sabtu (26/8/17).
Ketika
ditanya tentang kemungkinan mencari sponsor, Saifullah menjawab bahwa
sebenarnya bisa, namun hal tersebut dilakukan jika anggaran dari negara memang sudah
tidak mencukupi. “Anggaran kita kan
di-cover dari negara. Sementara untuk yang pertama ini gak usah, kecuali memang
ingin berimprovisasi”, tutur Saifullah.
Salah
satu Bendahara Fakultas, sebut saja Mira (nama samaran) mengatakan memang
sempat ada kesulitan dalam penyusunan anggaran karena terbatas, namun hal itu
dapat diatasi.”Ya agak pusing sih. Tapi
tetap ada solusi untuk mengembangkan PBAK”, tutur Mira.
Jumlah
anggaran tentu menyangkut fasilitas yang didapatkan oleh Maba. Salah satu Maba,
Ahmanda, mengaku fasilitas yang didapat Maba mencukupi. “Ya, lumayan sih mbak”, jawab Ahmanda.
Permasalahan
anggaran yang belum standar IAIN telah ditanggapi panitia. Terdapat pemangkasan
beberapa poin dan pengambilan dana dari sumber lain. Hal itu dilakukan untuk kelancaran
acara PBAK tahun ini.
Reporter: Taufik, Riza, Azka
Penulis: Adzka
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.