Iklan Layanan

Cuplikan

Gelar Muhasabah Kebangsaan, Mukhibat: Mahasiswa Harus Cinta Terhadap Tanah Air

 (Foto: Miftakh)

lpmalmillah.com – Senin (27/12/2021), Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Ponorogo (DEMA-I) mengadakan acara Muhasabah Kebangsaan dengan tema “Rethinking Indonesia: Mengarusutamakan Moderasi Wujudkan Keutuhan NKRI”. Acara ini berlokasi di Graha Watoe Dhakon mulai pada pukul 14.40 WIB dengan dihadiri oleh 60 tamu undangan dan 48 mahasiswa. Acara ini juga turut dihadiri oleh para civitas akademik, organisasi mahasiswa (Ormawa), dan organisasi masyarakat (Ormas) yang ada di Ponorogo.

Dalam sambutannya, Abdillah Mu’iz selaku Ketua DEMA-I mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan penutup dari rangkaian acara Festival Watoe Dhakon III (FWD III) sekaligus acara terakhir dari DEMA-I. Mu’iz memberikan ucapan khusus untuk penerus kepengurusan DEMA-I yang sedang berproses di fakultas, “Kami di sini sebagai pemula. Jika ada yang baik dari kami, maka jagalah dan jika ada yang lebih baik, maka ambil dan terapkanlah,” pesannya.

Selanjutnya, Mukhibat selaku Wakil Rektor 1 (Warek 1) dalam sambutannya menyampaikan pentingnya cinta tanah air bagi para mahasiswa pada masa globalisasi pada saat ini. “Mahasiswa harus tetap cinta bangsanya walaupun berada di antara ajaran yang lain. Maka mahasiswa harus mengenal jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Kita saat ini berada di antara ideologi yang rawan untuk menipiskan nasionalisme dan dapat mengurangi rasa cinta tanah air,” ungkapnya. 

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang muhasabah kebangsaan oleh Sastro Al Ngatawi, selaku ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LESBUMI PBNU) pada periode 2004 hingga 2009 dan dipandu Muhammad Alif Kanzul Arfan selaku moderator. Sastro menyampaikan tentang perbedaan antara moderasi agama dan moderasi beragama. “Moderasi agama itu adalah agama yang moderat dan pada dasarnya agama Islam itu sudah sangat moderat. Sedangkan pengertian moderasi beragama adalah sikap moderat dalam mengekspresikan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama yang moderat,” ucapnya.

Riyan Gunawan selaku Wakil Ketua DEMA-I memberikan alasan terkait diangkatnya tema kebangsaan ini yaitu untuk melindungi mahasiswa dari aliran-aliran ekstrem dan radikal di luar sana. “Karena kebangsaan termasuk dalam moderasi beragama, maka dengan cara cinta tanah air dan memahami budaya yang ada di negara, kita pun jadi paham makna moderasi beragama,” ujar Riyan.

Moderasi beragama di Indonesia telah muncul sejak abad ke-8 Masehi. Sastro selaku pemateri memberikan contoh moderasi beragama salah satunya seperti pernikahan antara Pramuda Wardani yang beragama Buddha selaku arsitek dari pembangunan Candi Borobudur dengan Rakai Dyah Pikatan yang beragama Hindu yang mana cerita mereka diabadikan dalam Prasasti Kalasan. “Dari contoh itu sudah menunjukkan jika moderasi beragama sudah ada sejak dulu, meskipun mereka berbeda agama namun tetap bisa bersatu,” jelasnya. 

Pelaksanaan kegiatan Muhasabah Kebangsaan ini bertujuan sebagai bentuk ruwatan, seperti yang diungkapkan oleh Riyan. “Selama satu periode ini telah berlarut-larut kegiatan, diskusi dan kesibukan yang bersifat fakultatif, dari perlu adanya kegiatan muhasabah ini sebagai bentuk ruwat ataupun bentuk wujud rasa syukur kita selama satu periode selama di DEMA-I,” ungkapnya.

Terkait pelaksanaan acara, Bagas Setiyo, mahasiswa Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (T-IPA) mengaku menikmati acara muhasabah ini. “Sebenarnya (awalnya) membosankan, namun karena ada musik-musiknya dan pemateri yang cukup komunikatif menjadikan acaranya menyenangkan hingga akhir acara,” ungkap Bagas.

Terakhir, serupa dengan Bagas, Afifah Al Munawwaroh yang juga merupakan mahasiswa Tadris IPA mengungkapkan bahwa ia menyukai materi Muhasabah Kebangsaan ini. Bahkan, ia berharap agar tahun depan kegiatan serupa bisa mengangkat tema lainnya. “Kalau saat ini mengangkat tentang budaya, untuk tahun depan atau event lainnya mungkin bisa mengangkat tema lain yang masih menyangkut tentang budaya dan Indonesia,” katanya.

Reporter: Miftakh, Nira


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.