Iklan Layanan

Cuplikan

Menilik Polemik TWK KPK Lewat Nobar The EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi


lpmalmillah.com - Jumat malam (12/06/2021), salah satu komunitas di Ponorogo yang bernama Oase Forum Ponorogo, didukung oleh LPM Al-Millah dan Rapper Ponorogo, Gan StateOfMine, mengadakan nonton bareng “The EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi” yang berlokasi di Reog Coffee. Acara ini dihadiri sekitar 50 orang dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. 

Mendapatkan perhatian yang cukup besar, Labud Nahnu Najib selaku ketua panitia mengatakan bahwa antusiasme peserta di luar ekspektasi. “Awalnya kalau untuk peserta yang penting ada, karena kita fokusnya kepada kualitas peserta. Walaupun jumlah peserta melebihi perkiraan, kami juga tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran dari pihak Watchdoc,” ujarnya.

Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan dilanjut dengan penampilan dari Gan StateOfMine yang membawakan tujuh buah lagu. Seusai itu, acara dilanjut dengan pemaparan perspektif pengantar film oleh Dhamuri dari LPM aL-Millah dan Labud Nahnu Najib mewakili Oase Forum Ponorogo. 

Dhamuri mengungkapkan bahwa pengendalian publik salah satunya dapat dilakukan melalui media yang cenderung tunduk akan kekuasaan maupun yang netral. “Pengendalian publik itu melalui media. Bahkan media yang kontra akan kekuasaan, misalnya seperti berita itu memang mengungkapkan realita, tetapi hanya cuplikan realita saja. Tidak semuanya bisa diwakili dengan berita, artinya ada yang disembunyikan oleh rekan-rekan media itu sendiri karena patuh akan kekuasaan,” ujarnya.

Sementara itu, Labud menjelaskan sekilas mengenai timeline film “The EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi". Penayangan film berdurasi 1 jam 59 menit ini diawali dengan opening video klip Kinipan, pada 5 menit pertama menggambarkan bahwa reformasi belum usai. Menit selanjutnya membahas tentang kasus-kasus yang di tangani oleh KPK dan pada menit akhir timeline menunjukan beberapa polemik yang terjadi di era Jokowi.

Setelah penyampaian perspektif pengantar film, acara dilanjutkan dengan nonton bareng. Film garapan Watchdoc yang sedang menjadi perbincangan di berbagai kalangan ini berisi tentang kesaksian dugaan penyingkiran sejumlah penyidik dan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang menangani kasus kelas kakap, melalui jalur prosedural Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang diketuai Firli Bahuri. Watchdoc sendiri merupakan sebuah rumah produksi audio visual yang di dirikan oleh Dandhy Laksono bersama Andhy Panca Kurniawan yang juga menjadi rumah produksi film dokumenter “Sexy Killer”.

Selama pemutaran film, sesekali audiens bersorak menanggapi teknik prosedural Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang dianggap tidak masuk akal. Beberapa pertanyaan dianggap kontroversial karena tidak adanya korelasi dengan posisi anggota KPK yang sedang bertugas. 

Salah satunya seperti yang diungkapkan seorang pegawai perempuan KPK yang mendapatkan pertanyaan harus memilih mana, antara Al-Qur'an atau Pancasila. Menurutnya pertanyaan ini sangat tidak masuk akal dan menyeleweng dari nilai-nilai kebangsaan. 

Pemutaran perdana film ini mendapatkan berbagai tanggapan dari penonton, salah satunya dari Alfareza Permata. Alfareza mengungkapkan bahwa ia sudah menantikan pemutaran perdana film ini. “Sebenarnya saya sudah menantikan penayangan perdana film produksi Watchdoc ini, dan ketika di Ponorogo ada yang menayangkan saya sangat antusias untuk menghadirinya,” ungkap Alfareza.

Lebih lanjut, Alfareza juga mengungkapkan bahwa pemutaran film seperti ini sangat bermanfaat bagi anak muda agar bisa melihat dan menilai dari berbagai perspektif. “Buat kita, anak anak muda, ini sangat positif. Bermanfaat bisa nambah wawasan berbagai perspektif,” ungkapnya. 

Sementara itu, Ahmad Rifai menanggapi isi dari film dokumenter ini sangat bagus karena bersifat realistis dan berisi kumpulan dari tanggapan real dari pelaku terkait. "Kalau dari filmnya sendiri dari aspek isi sangat bagus, karena kita bisa melihat dan mendengar tanggapan langsung dari orang-orang yang ada di film tadi,” ujar Ahmad. 

Ahmad juga menambahkan harapannya agar acara semacam ini bisa lebih sering diadakan, “Harapannya agar acara seperti ini kerap di adakan, agar anak muda khususnya mahasiswa lebih membuka fikiran terhadap kondisi yang terjadi saat ini, serta menambah pengalaman dan pengetahuan kita dalam menanggapi isu-isu yang terjadi,”  harapnya.


Reporter: Isna, Dewi, Alfiansyah

Penulis: Isna, Dewi


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.