Iklan Layanan

Cuplikan

Pembukaan Festival Watoe Dhakon, DEMA-I Gelar Seminar Pencegahan Hoaks


lpmalmillah.com- Kamis (07/11/2019), Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Ponorogo (DEMA-I) menggelar seminar nasional bertajuk “Cerdas Media, Mahasiswa Anti Hoax” di Graha Watoe Dhakon. Acara ini merupakan pembuka dari serangkaian acara Festival Watoe Dhakon. Panitia menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Arief Fitriyanto (Kapolres Ponorogo), Muhammad Said (Peneliti ISAIs Yogyakarta) serta Abdulloh Hamid (Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya).
Mengawali seminar, Arief Fitriyanto sebagai keynote-speaker memberikan pengantar mengenai dampak positif dan negatif dari penggunaan internet. Salah satu dampak negatifnya adalah penyalagunaan media sosial untuk penyebaran informasi palsu/hoaks dan isu-isu terkait SARA. “Indonesia telah memasuki era 4.0, dimana arus globalisasi makin pesat seiring dengan  perkembangan teknologi. Hal ini tentunya secara eksplisit juga berpengaruh dalam penggunaan media elektronik, utamanya media sosial,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, dalam hal ini maraknya penyebaran informasi yang terkadang belum jelas kebenarannya sangat mudah didapat. “Apabila ketika kita menerima informasi atau ingin membagikan informasi yang didapat, lebih baik kita menyaringnya dulu, supaya bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tutur pria asal Pati Jawa Tengah ini.
Arief  juga menambahkan bahwa menjadi komunikator yang baik merupakan tantangan nyata pada saat ini, namun juga bisa menjadi bumerang. ”Jarimu adalah harimaumu, maka berhati-hatilah,” tambahnya.
Pada sesi selanjutnya, materi disampaikan oleh dua narasumber yang dimoderatori oleh Mukhlis Daroini. Sebagai narasumber pertama, Said menyampaikan terkait pencegahan hoaks. “Literasi media dan berpikir kritis sangat penting dalam memahami argumen dan menangkal hoaks dengan baik,” jelasnya.
Said juga menambahkan bahwa sebagai generasi muda pembawa perubahan, mahasiswa sebaiknya tidak semata-mata menjadi konsumen media. Ia menekankan demikian karena menurut data, mahasiswa menjadi pengguna media sosial terbanyak di Indonesia. “Mahasiswa juga dituntut untuk menyuarakan pemikiran mereka dengan memproduksi konten yang bermanfaat agar lebih terarah dan positif,” tambah kandidat Doktor UNISKA Yogyakarta ini.
Hal serupa juga disampaikan oleh Abdulloh Hamid sebagai narasumber kedua. Abdulloh memaparkan beberapa cara cerdas dalam bermedia untuk mengetahui validasi suatu informasi. “Caranya dengan berhati-hati menghadapi judul informasi yang provokatif. Cermati alamat situs, periksa fakta dengan memeriksa keaslian foto. Serta, ikut serta dalam kelompok diskusi anti hoaks,” terang founder pesantren.id ini.
Aji Binawan Putra selaku Presiden Mahasiswa (Presma) memaparkan bahwa adanya seminar ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus-kasus informasi hoaks yang marak beredar di Indonesia saat ini. “Melihat banyaknya kasus-kasus hoaks, perlu adanya perhatian mengenai hal ini karena dampak perubahan media sosial dikhawatirkan dapat memengaruhi mahasiswa,” ungkap Aji.
Dalam seminar ini Aji berharap mahasiswa  tidak terjebak hoaks. “Maka setelah acara ini, diharapkan bisa memotivasi dalam belajar literasi media sera banyak membaca dan memperluas pengetahuan,” tegasnya.
Seminar ini menuai tanggapan positif, salah satunya dipaparkan oleh Rizky Esty Handayani, mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah. Ia mengaku seanang dengan diselenggarakannya acara ini. “Wawasan saya bertambah, karena di sini saya jadi tahu bagaimana cara menyikapi media sosial secara positif, utamanya dalam menyikapi berita,” tuturnya.


Reporter: Ryan, Zelfany, Ika

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.