Iklan Layanan

Cuplikan

Nihil Pelatihan, Nihil Kesadaran Sebabkan Hasil Susu Sapi Perah Tidak Optimal




Oleh: Arina Mana Sikana
 
Banaran adalah salah satu desa yang terletak di sebelah timur kota Ponorogo. Kita tahu dua tahun lalu ada sebuah bencana yang berhasil menelan puluhan warga Banaran. Sejak saat itu, banyak harta benda warga yang hilang seperti rumah, perkebunan, lahan pertanian, bahkan orang tersayang. Kehilangan lahan pertanian membuat warga Banaran mengalami keterpurukan perekonomian. Lahan yang dulunya dapat ditanami sebagai mata pencaharian, sekarang malah menjadi suatu tempat yang meninggalkan duka cita.
Hilangnya lahan pertanian membuat warga dan perangkat desa memutar otak untuk mengembalikan perekonomian. Mulai dari mencari lahan lain yang efektif untuk ditanami hingga mencari pekerjaan tambahan. Selain itu, banyak pihak-pihak yang turut membantu dalam proses pengembalian perekonomian warga Banaran dengan memberikan modal usaha.
Saat ini sebagian besar warga desa sedang berupaya mengembangkan usaha ternak sapi perah. Usaha ini dipilih karena warga melihat potensi yang baik dari sapi perah. Selain perawatannya yang relatif mudah hasil dari sapi perah juga menguntungkan. Andri, salah satu peternak sapi perah di desa Banaran, membenarkan pernyataan tersebut. “Ternak sapi perah itu adalah pekerjaan yang sangat menguntungkan, karena apa? Karena sapi perah dapat dipanen dua kali sehari, ujarnya.
Andri yang memiliki 11 ekor sapi perah biasa memerah sapinya dua kali sehari, pagi pada pukul 06.00 WIB dan sore pada pukul 16.00 WIB. Setiap kali memerah Andri memperoleh hingga 500 liter/sekali waktu memerah. Selain dapat dipanen dua kali sehari, harga susu sapi perah juga menyesuaikan keadaan pangan dan kualitas susu. Semakin baik kualitas susu semakin tinggi juga harganya. Tiap satu liter susu dapat dihargai Rp5.200,00 hingga Rp6.000,00 per liter. Warga desa Banaran biasa menjual susu mereka ke pengepul di Wagir setiap pagi pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB. Hasil dari menjual susu segar cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Bahkan bila peternak sapi perah dapat menabung hasilnya akan lebih banyak dibandingkan dengan peternak sapi penggemukan.
Sebenarnya apabila warga Desa Banaran mampu dan mau mengolah sendiri hasil susu sapi perah mereka akan lebih menguntungkan dalam segi penghasilan dibandingkan menjual susu mereka langsung ke pengepul. Seperti mengolah susu segar menjadi olahan susu siap saji. Harga yang di dapat dari penjualan olahan susu siap saji bisa dua kali lipat bahkan lebih. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Mariati, “1 liter susu sapi yang awalnya seharga Rp6.000,00 per liter apabila diolah menjadi susu segar siap minum dapat menjadi Rp12.000,00 sampai Rp14.000,00 per liter,” kata penjual susu segar siap saji tersebut.
Jika warga desa sadar akan potensi mengolah susu segar menjadi olahan susu siap saji (siap minum) akan lebih meningkatkan nilai jual dari produk itu sendiri. Dari sini, seharusnya perangkat desa memberikan pelatihan ataupun pengarahan pada warga desa khususnya ibu-ibu untuk mengolah sendiri hasil susu sapi mereka. Sehingga terjadi kekompakan antara keluarga dalam pengolahan hasil ternak sapi perah. Dengan demikian, pengelolaan hasil dari sapi perah dapat maksimal dan optimal.

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.