Iklan Layanan

Cuplikan

KPM (Kuliah Pengabdian yang Minim)

Ilustrator: Irfan

 Oleh: Irfan

    Ada yang berbeda dengan KPM di IAIN Ponorogo tahun ini. Tidak seperti tahun sebelumnya yang dilakukan secara berkelompok dan di tempat yang telah ditentukan. KPM kali ini dilakukan secara individu di rumah atau lingkungan masing-masing dengan pola KPM-DR (Kuliah Pengabdian Masyarakat Dari Rumah). Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendis Nomor: B-713/DJ.I/Dt.I.III/TL.00/04/2020. Lantas apakah KPM-DR merupakan solusi yang paling tepat? Sayangnya, masih banyak problematika di dalamnya.

    Banyak perbedaan dari pelaksanaan KPM tahun ini dengan tahun sebelumnya. Tahun ini mahasiswa seakan ‘dilepas’ begitu saja untuk melakukan KPM-DR ataupun di daerah mereka berada. Pihak kampus juga meniadakan DPL untuk peserta KPM. Hal ini jelas akan membuat mahasiswa kebingungan jika mengalami kendala, kepada siapa mereka akan konsultasi. apabila mengalami kebingungan. KPM kali ini terkesan tidak niat serius, KPM bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja melalui kegiatan sehari-hari. Hal-hal kecil seperti mengajari belajar adik sudah bisa dianggap KPM. Apakah hal demikian yang dimaksud dalam pengabdian dalam tri dharma perguruan tinggi?

    Selain itu, kampus juga tidak memberikan living cost, kaos lapangan dan lainnya untuk mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan KPM. Fasilitas yang diterima mahasiswa hanya jaket KPM, itupun bisa diambil setelah kegiatan KPM selesai atau setelah wabah Covid-19 reda. Evi Muafiah selaku ketua LPPM menyatakan bahwa ketiadaan fasilitas tersebut karena tidak adanya dana untuk KPM. Dana difokuskan untuk menenggulangi wabah Covid-19.

    Akibat prioritas tersebut, kampus tidak mendapat BOPTN. Hal tersebut yang menjadi dalih pemberian fasilitas yang minim untuk kegiatan KPM. Lantas, apakah kampus tidak mempunyai dana cadangan untuk menalangi pelaksanaan KPM ini? Apakah untuk menanggulangi Covid-19 juga? Apa iya demikian? Hal inilah yang layak dipertanyakan. Menjadikan penanganan wabah Covid-19 sebagai prioritas yang memang segera diatasi, bukan berarti mengabaikan hal krusial lain. Apalagi menjadikannya sebagai momen untuk mencari kesempatan.

    Kegiatan KPM ini seperti diada-ada. Hanya sekadar menggugurkan kewajiban kampus. Yang penting sudah ada kegiatan KPM meskipun ala kadarnya. Akhirnya, mahasiswa yang malah terkena imbasnya. Penulis rasa kampus kurang perhatian terhadap mahasiswa, kalau perhatian seharusnya ada fasilitas pengganti yang sepadan dengan apa yang seharusnya mahasiswa dapatkan.

    Ahhhh sudahlah, setidaknya dapat jaket yang nanti bisa jadi kenang-kenangan, daripada cuma dapat kantong kering karena uang dihamburkan buat beli kuota internet. Hal ini yang patut disyukuri, seperti yang dikatakan Evi Muafiah di awal sosialisasi, “Dalam keadaan yang seperti ini kita harus alhamdulillah. Karena kita harus mensyukuri apa yang ada.” Termasuk mensyukuri fasilitas KPM yang serba minim ini.

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.