Cuplikan

Gelar Aksi Simbolik September Hitam, Aliansi Mahasiswa Madiun Desak Penegakan Hukum dan HAM

Foto: Aliansi Mahasiswa Madiun

lpmalmillah.com - Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Madiun menggelar Aksi Simbolik September Hitam pada Kamis (25/09/2025) di Bento Coffee, Jalan Taman Praja Kota Madiun. Aksi ini digelar sebagai upaya menjaga ingatan sejarah, wujud kesadaran mahasiswa terhadap demokrasi, serta seruan pentingnya penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM) secara adil.

Aksi yang dimulai pukul 16.00 WIB ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mahasiswa. Dilanjutkan dengan berbagai kegiatan, seperti menyuarakan aspirasi melalui musikalisasi puisi, orasi oleh presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), nonton bareng dan diskusi film dokumenter tentang Munir Said Thalib, serta doa bersama. Selain itu, juga disampaikan pernyataan sikap terkait hal-hal yang berkaitan dengan tegaknya demokrasi dan keadilan.

Dalam kegiatan tersebut, para mahasiswa menyalakan lilin sebagai simbol duka dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Presiden BEM masing-masing kampus menyampaikan orasi dengan mengusung 17+8 tuntutan rakyat, yang turut menekankan pentingnya penegakan hukum tanpa tebang pilih dan menolak praktik hukum yang tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas.

Terkait tujuan aksi, Ismail Hamdan, Koordinator Aliansi Mahasiswa Madiun yang juga Presiden BEM Stikes Bhakti Husada Mulia menjelaskan bahwa aksi ini diselenggarakan untuk mengenang masa kelam pelanggaran HAM di Indonesia. “Untuk mengenang masa kelam yang terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM. Untuk mengingat juga terutama dari mahasiswa yang ada di Madiun agar tidak pernah melupakan sejarah yang ada,” jelasnya.

Selain itu, Ismail juga menekankan pentingnya kesadaran mahasiswa dalam menuntut penyelesaian kasus pelanggaran HAM. Ia berharap pemerintah tidak lagi menganggap remeh kasus-kasus tersebut dan segera menuntaskannya. “Untuk pemerintah segara menindaklanjuti pelanggaran-pelanggaran HAM yang mungkin selama ini dianggap sepele, agar segera untuk dibereskan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa suara masyarakat dan mahasiswa seharusnya tidak dibungkam. Aspirasi yang disampaikan sepatutnya menjadi perhatian utama pemerintah. “Pemerintah [diharapkan] lebih mengutamakan suara masyarakat dan tidak membungkam lagi suara-suara masyarakat, suara mahasiswa juga,” tegas Ismail.

Dalam pelaksanaannya, aksi ini diprakarsai oleh enam BEM perguruan tinggi di Kota Madiun. Aksi tersebut dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai kampus, di antaranya Stikes Bhakti Husada Mulia, Universitas Merdeka (Unmer) Madiun, Universitas Muhammadiyah Madiun (Ummad), STKIP Widya Yuwana, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Kampus Madiun, Universitas PGRI Madiun (Unipma), Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Madiun, dan STAI Nahdlatul Ulama Madiun.

Dengan mengenakan pakaian serba hitam, para mahasiswa ingin menunjukkan simbol duka dan perlawanan atas ketidakadilan. Mereka berkumpul untuk merawat ingatan atas sejarah gelap di tanah air sekaligus menyerukan tuntutan atas keadilan dan kebebasan bersuara.


Reporter: Arifin
Penulis: Arifin
Editor: Rena

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.