Iklan Layanan

Cuplikan

Kolaborasi dengan IAIN Ponorogo, BLA Semarang Adakan Seminar Moderasi Beragama

 

(Foto: Zaki)

    lpmalmillah.com - Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (BLA) Semarang berkolaborasi dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo telah melaksanakan seminar penguatan moderasi beragama yang bertema ‘Moderasi Beragama sebagai Modal Hidup Rukun Antar Umat Beragama’ pada Rabu, (22/02/2023). Acara yang bertempat di Graha Watoe Dhakon ini dimulai pukul 10.05 WIB dan dihadiri 330 peserta.

    Prabowo selaku panitia acara menjelaskan bahwa agenda semacam ini dilaksanakan secara rutin oleh BLA Semarang di berbagai Perguruan Tinggi Agama. Adapun kali ini, IAIN Ponorogo ditunjuk sebagai tuan rumah. BLA Semarang kan punya wilayah kerja mulai dari Semarang, Surabaya, lalu sampai ke Mataram. Beberapa yang sudah kita kunjungi kemarin ada UIN [Universitas Islam Negeri] Tulungagung, lalu IAIN Surakarta, dan kebetulan kali ini kita pilih [IAIN] Ponorogo,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Anshori selaku Ketua BLA Semarang berujar bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari realisasi salah satu program prioritas Kementerian Agama, yaitu moderasi beragama. Salah satunya adalah kita [BLA Semarang] menyelenggarakan program prioritas Kementerian Agama, yakni penguatan moderasi beragama,” ujarnya dalam sambutan.

    Acara ini menghadirkan tiga pembicara. Pertama, Syafi`i sebagai Kepala Pusat Diklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Kedua, Mukhsin Jamil, Guru Besar Ilmu Pemikiran Islam UIN Walisongo Semarang. Dan yang ketiga, Syamsul Ma`arif selaku Guru Besar Pendidikan Islam UIN Walisongo Semarang.

    Pada sesi pemaparan materi, Syafi`i mengungkapkan bahwa Indonesia terbentuk dari berbagai ragam budaya, agama, adat istiadat, suku, bangsa, serta bahasa. Untuk mempertahankan keberagaman, diperlukan kehidupan yang selaras. Salah satunya dengan menciptakan kehidupan agama yang moderat. Untuk menjaga keutuhan Indonesia yang beragam ini, perlu membangun keselarasan hidup, salah satunya adalah dalam konteks beragama. Kita harus menciptakan kehidupan beragama yang moderat,ungkapnya.

    Selain itu, Mukhlis Jamil memaparkan tiga masalah umum di Indonesia mengenai kehidupan beragama, yaitu kekerasan dalam beragama; klaim subjektif yang dipaksakan terhadap kehidupan publik; serta memonopoli kebenaran. Adapun ketiga masalah tersebut saling bersinambungan. Tiga masalah ini memilki hubungan integral. Orang tidak mungkin bersikap ekstrem [dengan] melakukan tindakan kekerasan kalau dia tidak mempunyai klaim dan monopoli kebenaran,” paparnya.

    Di sisi lain, Syamsul Ma`arif menuturkan bahwa perlu dilakukan pencegahan terhadap paham kelompok ekstremis yang hendak mengubah ideologi bangsa dengan Ad-Daulah Al-Islamiyah. Apalagi, sebanyak 12,2% penduduk Indonesia diketahui telah terpapar paham radikalisme. Mereka berusaha menjebol ideologi bangsa dan menggantinya dengan Ad-Daulah Al-Islamiyah. Fakta di lapangan, 12,2% masyarakat kita [Indonesia] terseret aliran-aliran ini [ekstremis],” tuturnya.

    Seminar ini mendapatkan tanggapan dari Galih Eka, salah satu peserta. Mahasiswa jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam semester 2 tersebut merasa bahwa tema moderasi beragama sangat bermanfaat bagi dirinya yang merupakan calon pendidik. Kegiatan ini memiliki manfaat utama bagi calon pendidik. [Melalui] kegiatan ini, kami sebagai calon guru bisa mengetahui tentang wawasan moderasi beragama. Insya Allah, materi ini akan diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas,” jelasnya.

    Selain Galih, ada pula Nur Hasanah yang mengungkapkan bahwa kegiatan seminar moderasi beragama ini menyadarkan mahasiswa terkait sikap dalam moderasi beragama. “[Acaranya] bisa menyadarkan mahasiswa terkait dengan moderasi beragama, [serta] supaya lebih mempererat persatuan dan kesatuan,” ungkap mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam semester 6 tersebut.

 

Reporter: Anas, Fendi (Magang)

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.