Iklan Layanan

Cuplikan

Manfaatkan Potensi Desa, BUMDes Paringan Rintis Perusahaan Air Minum BALI

(BUMDes Banyu Mili (BALI) / Foto: Aldian)

  lpmalmillah.com - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha milik desa yang modalnya berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset desa. BUMDes sendiri berperan penting dalam meningkatkan perekonomian desa, meningkatkan usaha masyarakat, serta menciptakan peluang usaha. Peran BUMDes ini diantaranya telah dirasakan oleh masyarakat di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. BUMDes Paringan Madu memiliki berbagai usaha, mulai dari pariwisata, peternakan, hingga pertanian. 

Salah satu unit BUMDes Paringan Madu yang berbeda dengan desa-desa lain adalah perusahaan air minum bernama Banyu Mili (BALI). Perusahaan air minum di Desa Paringan mulai beroperasi setelah diresmikan pada tanggal 2 Maret 2021 oleh Kepala Desa Paringan, Suwendi. Sumber air yang didapatkan berasal dari sumber yang sudah ada sejak dulu. Sebelum dijadikan air bio ekstra oksigen, penampungan air mbeji yang berada di sekitar aliran sungai dulunya dimanfaatkan warga sekitar untuk minum, mandi dan pengairan sawah.

Perusahaan air BALI sendiri merupakan gagasan dari Suwendi. Gagasan ini berawal dari sumber air yang terbuang sia-sia, kemudian Suwendi berinisiatif melakukan uji coba air ke laboratorium Universitas Brawijaya dan laboratorium Superintending Company of Indonesia (SUCOFINDO) untuk menguji kandungan air. “BALI ini berawal dari air yang sumber terbuang sia-sia, padahal kualitas sumbernya bagus. Sebelum produksi, (airnya) diujikan ke laboratorium Brawijaya dan yang terakhir ke laboratorium SUCOFINDO yang merupakan laboratorium yang sudah diakui pemerintah untuk legalisasi produk,” jelasnya.

Setelah melalui uji laboratorium, Suwendi mengungkapkan kandungan air BALI memiliki Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 10 ppm (part per million). TDS sendiri merupakan istilah untuk menandakan jumlah padatan terlarut dalam air. Semakin rendah angka TDS pada air, maka air tersebut semakin menyehatkan. “Kandungan air BALI TDS-nya rendah, di bawah 10 ppm dan kandungan oksigen tinggi sehingga bermanfaat bagi tubuh,” ungkap Suwendi.

(Produk Air Minum BALI milik BUMDes Paringan)

Selain untuk memanfaatkan sumber air, Suwendi juga mengungkapkan bahwa tujuan lain dari gagasan ini adalah untuk meningkatkan perekonomian warga, menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan desa. Hal ini setidaknya sudah dibuktikan dengan dipekerjakannya warga Paringan sebagai karyawan pengelola perusahaan air BALI. “Kalau kita produksi dan kita kelola bersama bisa meningkatkan ekonomi warga, menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Karyawan yang dipekerjakan juga dari internal (warga.red) Paringan,” ungkap Suwendi.

Mengenai pembangunan perusahaan air, Suwendi mengatakan awalnya mengalami kendala perihal kebutuhan dana yang besar. Apalagi,  harga peralatannya terhitung cukup mahal. “Pada awalnya untuk membangun kan butuh biaya besar, kita mencari beberapa peluang sumber dana. Paling mahal itu kan di alat. Saya cari modal, Alhamdulillah, dapat dari APBD provinsi berupa alat untuk memfilter air,” kata Suwendi.

Selain bantuan dari provinsi, Suwendi juga turut melibatkan warga untuk berpartisipasi dalam modal dana dengan penyertaan modal, semacam sistem investasi dalam perusahaan. “Kita ajak juga warga untuk penyertaan modal. Jadi, ada beberapa warga yang menanam saham kalau bahasa perusahaannya, tapi kalau bahasa kita itu penyertaan modal,” ungkapnya.

Menurut Suroto, Ketua BUMDes Paringan, penanaman saham ini hanya diperuntukkan bagi warga Paringan saja. Setiap warga Paringan bebas melakukan investasi dengan cara membeli slot saham dan tidak ada batasan dalam membeli slot. “Saham dari masyarakat sekitar 157 saham dan hanya (milik) warga Paringan saja,” jelas Suroto.

Lebih lanjut, Suroto menjelaskan alasan tidak adanya keterlibatan pihak luar dalam penanaman saham. Pengelolaan secara mandiri ini diharapkan dapat lebih memberdayakan warga. “Alasan saham dalam investasi ini tidak melibatkan pihak luar karena sayang kalau sumber di Desa Paringan diolah pihak luar (investor),” tuturnya.

Senada dengan Suroto, Suwendi menambahkan bahwa sebisa mungkin tidak ada pihak ketiga yang terlibat. Sebab, pihak desa pun masih fokus pada pengembangan pengelolaan internal. “Kita juga masih fokus pada pengembangan pengelolaan internal. Dari BUMDes, warga Paringan dan cari cara tanpa melibatkan pihak ketiga,” tambahnya.

Selain keikutsertaan dalam penanaman saham, Suroto juga menambahkan bahwa warga juga ikut terlibat dalam membantu promosi produk BALI. Promosi dilakukan warga dengan penyampaian mulut ke mulut. Adanya promosi dari warga ini membantu dalam memperkenalkan produk BALI ke luar Paringan serta meningkatkan penjualan. “Promosi dalam pemasaran dilakukan (warga) dengan getok tular (penyampaian dari mulut ke mulut.red) kepada saudara jauh. Sehingga, masyarakat luar bisa tahu kalau air BALI dari Paringan,” jelas Suroto lebih lanjut.

Manfaat ini juga dirasakan oleh Mesirah, salah satu pemilik toko kelontong yang juga menjual produk BALI. Ia mengatakan bahwa produk BALI cukup dinikmati masyarakat dan secara tidak langsung dapat membantu menambah penghasilannya. “Alhamdulilah, air yang sudah lama dulunya hanya di gunakan mandi ataupun mencuci, sekarang dimanfaatkan dan lumayan bisa membantu perekonomian warga,” tuturnya. 

Sementara itu, pada proses produksi air BALI, Andik selaku pengelola pabrik menjelaskan kendala produksi yang masih dilakukan secara manual. Alat pemfilteran air yang didatangkan dari Jerman masih diakses menggunakan tombol manual dan pengemasan serta pelabelan masih dilakukan satu per satu. “Tahap pengelolaan masih manual. Mulai pemfilteran, alat-alat dalam pemfilteran masih diakses menggunakan tombol manual, belum ada yang otomatis. Selain itu, pengemasan ke botol serta galon masih dilakukan secara manual satu per satu,” jelas Andik. 

Selain kendala dalam mesin manual, Suroto juga menambahkan bahwa terkendala mesin untuk produksi kemasan gelas. Padahal, peminat konsumen sudah banyak untuk kemasan gelas. “Kita masih fokus mengumpulkan dana dari hasil penjualan untuk membeli mesin press untuk kemasan gelasan, karena peminat kemasan gelasan juga banyak,” tambahnya.

Pengembangan perusahaan air BALI menjadi bukti bahwa lingkup desa pun mampu untuk mengelola sumber dayanya sendiri. Meskipun demikian, tentu saja pada proses pengembangannya diperlukan dukungan dari banyak pihak, termasuk pemerintah. Menanggapi hal tersebut, Suwendi mengatakan bahwa bentuk dukungan pemerintah kabupaten baru sebatas kesempatan untuk mengajukan proposal. “Kemarin kita diberi support untuk membuat proposal. Semoga dibantu fasilitas dan dana untuk pengembangan produk BALI sendiri,” pungkasnya. 

Reporter: Atania, Wandia, Yoga, Dewi

Penulis: Dewi

(PJTD 2021)

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.