Iklan Layanan

Cuplikan

Gelar Festival Seni, UKM SEIYA Tampilkan Pentas Seni Bertajuk ‘Nila’


(Festival Seni UKM SEIYA)

  lpmalmillah.com - Sabtu, (28/8/2021), Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Budaya (UKM SEIYA) di IAIN Ponorogo telah melaksanakan acara tahunan Festival Seni UKM SEIYA (FSUS) dengan tema “Lingkar Waktu” dan pentas seni dengan judul “NILA”. Acara pentas seni yang diikuti oleh 150 peserta berlangsung selama kurang lebih satu jam, mulai pukul 10.11 WIB hingga 11.16 WIB. Bertempat di Graha Watoe Dhakon, acara ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengedukasi kepada masyarakat agar tidak membawa orang lain terkena dampak kesalahan yang dibuatnya sendiri.

Acara pentas seni dibuka dengan sesi wawancara. Pada sesi wawancara, Fadhil Maruf selaku sutradara dan penulis naskah mengungkapkan bahwa pentas seni tahun ini dilakukan berbeda dengan tahun kemarin. Menurut Fadhil pentas seni tahun ini dilakukan dengan mengolaborasikan semua bidang yang ada di UKM SEIYA yaitu teater, tari, musik, dan paduan suara. “Perbedaan rangkaian acara tahun ini dengan tahun kemarin yaitu terletak dalam pensinya. Pada tahun ini pensinya melibatkan tari, teater, musik, dan paduan suara. Sedangkan tahun kemarin hanya teater,” ungkap Fadhil.

Setelah sesi wawancara, acara pentas seni dilanjutkan dengan teater. Fadhil menjelaskan bahwa teater tersebut menceritakan terkait pentingnya komunikasi. Fadhil menambahkan bahwa kurangnya komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman. “Pada teater tadi itu menceritakan bahwa komunikasi itu sangat-sangatlah penting dalam berbagai hal,” ungkap Fadhil.

Kemudian, rangkaian acara pentas seni dilanjutkan dengan tari Kebat Ngigel yang berasal dari Ponorogo. Menurut Fadhil, tari tersebut merupakan pengimplementasian dari unsur tarian reog yang terdiri dari warok, bujang ganong, jathil, kelono sewandono dan dadak merak. Fadhil mengimbuhkan bahwa tujuan dipentaskannya tari Kebat Ngigel agar masyarakat tahu bahwa Ponorogo juga mempunyai tarian menarik selain Reog Ponorogo. “Tarian Kebat Ngigel itu dipentaskan (untuk) mengiklankan bahwa Ponorogo mempunyai tarian lain selain Reog Ponorogo,” jelas Fadhil.

Sebelum acara pentas seni diakhiri dengan tampilan kolaborasi semua bidang di SEIYA yang menggambarkan NILA, dilakukan sesi wawancara kembali dengan Fadhil. Pada sesi tersebut, Fadhil menjelaskan bahwa judul pentas seni “NILA” diambil karena terinspirasi dari pepatah “nila setitik rusak susu sebelangga”. NILA sendiri memiliki arti ketika seseorang buruk jangan sampai orang lain ternodai atau terkena imbasnya akibat kesalahan yang diperbuat.

Diselenggarakannya pensi tersebut, Shofiyyatuzzarqo’, mahasiswi jurusan Ilmu Agama dan Tafsir (IAT) semester 3 mengatakan bahwa diadakannya pentas seni tersebut dapat mengedukasi masyarakat terkait makna dari NILA. “Kalau bagi saya acara ini seru karena dapat menginformasikan makna NILA dengan cara berbeda,” ungkapnya.

Sependapat dengan Shofiyya, Zula yang juga merupakan mahasiswi jurusan IAT semester 3 menyatakan bahwa acara pentas seni tadi menarik dan terlaksana dengan sukses. Sebab dapat membuat penonton terbawa suasana dan mengerti makna tersirat dari pentas seni tersebut. “Acara tadi menurut saya bagus, sebab membuat penonton terbawa suasana dan mengerti maksud dari pertunjukan tadi,” ujarnya.

Dengan adanya acara tersebut, Kevin Isa Zahroni selaku ketua acara FSUS berharap bahwa masyarakat luar mengetahui bahwa UKM SEIYA bisa berkarya di bidang kesenian dan bisa melaksanakan pentas seni. “Harapan saya masyarakat mengetahui bahwa UKM SEIYA itu juga bisa lho menampilkan bakat keseniannya lewat pentas seni,” harapnya.

Fadhil juga berharap bahwa UKM SEIYA kedepannya bisa menampilkan acara pentas seni lebih baik lagi dan menjadi inspirasi bagi pihak luar untuk menampilkan bakat seni yang lebih. “Harapannya SEIYA kedepannya dapat menampilkan pentas seni dengan kemasan lebih rapi dan bisa menjadi inspirasi pihak luar di bidang kesenian,” harap Fadhil.    

Reporter: Atania, Dela

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.