Iklan Layanan

Cuplikan

PROGRAM TAHSIN AL-QURAN FASYA Kurang Informasi Sebabkan Kesalahpahaman




Opini oleh Fitri Nur Jannah dan Alfarez


            Mahasiswa fakultas Syariah, terutama semester pertama tahun 2018, IAIN Ponorogo masih dibingungkan dengan adanya program tahsin (perbaikan membaca) al-Quran. Jika memang tujuan program sudah jelas dan teknis pembelajaran yang telah terselenggara selama satu bulan ini berjalan dengan baik,seharusnya juga mendapat respon baik dari mayoritas mahasiswa FASYA sendiri. Namun pada kenyataanya masih ada beberapa keresahan dari sejumlah mahasiswa.

Kurangnya informasi dan sosialisasi dari fakultas menjadi penyebab utama kegelisahan mahasiswa. Awalnya fakultas melakukan pemetaan (pengelompokan kelas tahsin) melalui tes kepada seluruh mahasiswa semester 1,3 dan 5. Namun tidak ada keterangan mengenai alasan diadakan tes dan pemberitahuan akan diselenggarakan program tahsin al-Quran setelahnya, sehingga mahasiswa masih bertanya-tanya tujuan tes dilakukan dan bagaimana penilaian dalam tes tersebut.”sebenernya aku belum faham mbak tentang tes kemarin tujuannya apa, dan penilaiannya nggak tau juga ditinjau dari apanya,” ujar Wafa mahasiswi semester 1 tersebut.

Selain tujuan yang kurang disosialisasikan, keresahan juga tertuju pada hasil tes yang dijadikan dasar adanya program wajib tahsin bagi sejumlah mahasiswa. Pengumuman hasil tes yang terkesan lama menambah kebingungan mahasiswa terkait tujuan diadakannya tes. Setelah dua minggu dari pelaksanaan tes, muncul hasil yang mengejutkan, sebanyak 438 mahasiswa dinyatakan tidak lolos tes. Tidak terkecuali anak pondok yang katanya setiap hari mengaji al-Quran. Persoalan ketidak akuratan hasil tes akhirnya mendapat komentar dari mayoritas mahasiswa. “Dari hasil tes itu, saya masih ngganjel sekali, Maksudnya indikator mereka tidak meloloskan itu apa kan belum disampaikan dengan jelas,” ucap Latifah Nur Aini, salah satu mahasiswi yang tidak lolos tes.

Bicara mengenai indikator kelulusan tes, salah satu pengajar yang berinisial UR menyebutkan kriteria dalam penilaian, yaitu kelancaran membaca, tajwid, dan makharijul huruf. Namun karena hal ini tidak disosialisasikan oleh panitia tes pemetaan baca al-Quran dari jauh-jauh hari, sehingga mahasiswa yang mengikuti tes tidak bisa mempersiapkan diri.UR sebenarnya berharap mahasiswa dapat mengikuti tes tersebut dengan maksimal, dan menunjukan kemahirannya dalam membaca sehingga mahasiswa dapat lolos dalam tes ini.

Pada akhirnya mahasiswa menganggap tes itu hanyalah tes biasa tanpa ada kriteria penilaian tertentu. Hasil tes tersebut cukup mengecewakan dan bisa dikatakan tidak murni. Karena dari hasil observasi ada 1 kelas yang beranggotakan 30 mahasiswa, 22 mahasiswa mengikuti tes gelombang 1 dinyatakan tidak lulus. Setelah diusut ternyata mereka tidak terdaftar tes padahal sudah mengikutinya sesuai jadwal. Sementara 8 sisanya mengikuti tes gelombang 2 dan dinyatakan lulus.

Kejadian tersebut menandakan bahwa program tahsin yang diadakan oleh Fakultas Syariah tersebut belum maksimal dalam perencanaannya, terutama dalam hal pemberian informasi. Segala sesuatu jika kurang dikomunikasikan pasti akan menimbulkan banyak kerisauan dan kesalahpahaman bagi siapapun, tidak terkecuali  mahasiswa FASYA yang dijadikan objek program tahsin tersebut. Sesuai dengan rumus bahasa indonesia tindakan objek sesuai dengan kehendak subjek. Maka sangat diperlukan adanya penjelasan secara gamblang mengenai program yang diadakan. Semoga dengan melihat dan mendengar beberapa keresahan dari mahasiswa ini, dari pihak fakultas segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah.

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.