Iklan Layanan

Cuplikan

EUFORIA MASA KAMPANYE KANDIDAT KETUA OMIK



Kongres Mahasiswa perdana IAIN Ponorogo telah berlangsung lebih dari seminggu. Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa)  menjadi substansi utama dalam Kongres ini. Kandidat ketua OMIK (Organisasi Mahasiswa Intra Kampus) yang lolos verifikasi oleh pihak KPUM menjalani masa kampanye (10-16/7/2017). Bagaimana proses kampanye berlangsung? Bagaimana kampanye bagi calon tunggal? Apakah pengenalan bakal kandidat yang lolos menjadi calon ketua OMIK berjalan maksimal?
         Sema telah mengumumkan bakal kandidat ketua yang lolos verifikasi pada Minggu, (9/7/17). Dalam pengumuman tersebut, terdapat 32 mahasiswa yang ditetapkan sebagai kandidat ketua OMIK. Sembilan kandidat diantaranya adalah calon ketua HMJ yang memiliki kompetitor dalam Pemilwa. Mereka adalah calon ketua HMJ IAT, MPI, dan TBI. Sisa lainnya adalah kandidat tunggal di wilayah organisasinya, dari calon ketua HMJ, Sema-Dema Fakultas hingga Sema-Dema Institut.
            UU tentang Pemilwa BAB I menyatakan, "kampanye adalah kegiatan peserta Pemilwa (calon ketua OMIK) untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi-misi dan program-progamnya.”  Baik kandidat yang mempunyai kompetitor maupun calon tunggal, keduanya sama-sama menjalani masa kampanye untuk mengenalkan diri kepada mahasiswa.
Hal ini diharuskan mengingat merekalah yang akan menjadi petinggi mahasiswa satu periode ke depan. Mahasiswa yang dipimpin mempunyai hak untuk mengetahui siapa yang akan  menjadi nahkoda kegiatan kemahasiswaan. Apakah seluruh mahasiswa mengetahui siapa-siapa calon ketua OMIK? Seberapa efektifkah kampanye kongres perdana ini berjalan?
Dalam pelaksanaan kampanye, setiap peserta Pemilwa memiliki kreativitas sendiri-sendiri. Calon-calon ketua HMJ MPI sepakat untuk menyebarkan poster  berisi foto dan visi-misi. Selain itu, Tama, salah satu kandidat ketua, menjelaskan visi-misinya di depan mahasiswa satu kelasnya. “Jadi, untuk kampanye dari HMJ MPI kita para kandidat sepakat untuk membuat poster yang nantinya dapat disebarkan di sosmed maupun dicetak dan ditempel", jelasnya.
            Berbeda dengan jurusan MPI, calon ketua tunggal untuk Sema Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD), Ina Imroatul melakukan sosialisasi dengan mengirimkan broadcast berupa permintaan dukungan yang dikirim ke grup WhatsApp kelasnya. "Yang sudah saya lakukan adalah meminta dukungan dan restu di grup WA kelas. Untuk jurusan lain, saya lakukan secara personal. Meskipun saya calon tunggal, saya tidak bisa menjamin saya akan menjadi ketua", terang mahasiswa KPI semester enam itu.
Konsep kampanye calon ketua HMJ MPI mengutamakan agar mahasiswa MPI mengetahui data calon-calon ketua beserta visi-misinya. Dengan melihat poster yang dibagikan, mahasiswa dapat mengetahui wajah beserta program mereka untuk HMJ di periode mendatang. Namun, setelah kru aL-Millah mengonfirmasi, poster itu sekedar wacana. Sedangkan kampanye yang dilakukan calon ketua Sema FUAD terlihat kurang efektif. Sosialisasi secara personal kemungkinan tidak dapat menjaring seluruh mahasiswa FUAD, mengingat Sema-F menaungi seluruh mahasiswa fakultas dari semester satu hingga delapan.
Konsep kampanye yang berbeda dilakukan oleh calon ketua HMJ IAT (Ilmu Al-Quran dan Tafsir). Wildan memilih konsep kampanye dengan menyebarkan angket. “Saya memilih angket untuk menampung aspirasi dari mahasiswa IAT, bagaimana HMJ yang diharapkan,” terang calon ketua HMJ IAT itu. Namun lagi-lagi, konsep kampanye tersebut terlihat hanya sebatas wacana.
Kampanye yang dilakukan oleh para kandidat tidak dilaksanakan secara terbuka di luar ruangan. Bahkan sebagian kandidat ketua tidak melakukan kampanye secara maksimal. Hal itu terbukti dengan kondisi kampus yang adhem ayem, sepi dari poster (alat peraga kampanye) ataupun orasi terbuka. Dengan kenyataan seperti itu, nuansa kampanye terasa kurang mewarnai suasana hiruk-pikuk kegiatan kampus. Apakah hal ini disebabkan oleh banyaknya calon ketua tunggal? Mungkinkah kenyataan bahwa mereka sudah dipastikan aklamasi menjadi alasan untuk tidak berkampanye? Bagaimana suasana kampus selama masa kampanye ini berlangsung?
Masa kampanye kebetulan bertepatan dengan minggu terakhir semester genap yang notabene banyak mata kuliah yang sudah selesai. Ditambah lagi, banyak tugas-tugas mahasiswa yang menumpuk di akhir semester. Bagi mahasiswa semester akhir disibukkan dengan persiapan KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat). Di samping itu, mahasiswa yang juga menjadi santri di Ma’had Ulil Abshar IAIN Ponorogo tengah menjalani UAS Ma’had. Kegiatan UAS semester genap pun akan dimulai pada hari Senin (17/7/2017). Sebagian besar mahasiswa IAIN Ponorogo disibukkan dengan kegiatan akademik tanpa menyadari adanya masa kampanye kongres yang sedang berlangsung.
Salah satu santri Ma’had Ulil Abshar, sebut saja Muslimah, menyampaikan ketidaktahuannya atas kandidat-kandidat ketua OMIK. “Tahu ada Pemilwa. Tapi gak tahu siapa aja yang nyalon jadi ketua HMJ, apalagi Sema Dema. Kalau anak Ma’had lagi sibuk UAS Ma’had mbak, sama nyiapin buat UAS kampus”, keluhnya.
Selaras dengan Muslimah, Nikma, salah satu mahasiswa jurusan TBI menyatakan ia mengetahui adanya Pemilwa namun tidak mengenali calon-calon ketua. “Cuma tahu yang jurusanku, soalnya mereka kampanye ke kelas, gak tau kalo yang lain. Emang gak kampanye atau gak ke jurusanku. Sebenernya ya pengen tahu, tuturnya.
Pernyataan berbeda dilontarkan salah satu mahasiswa PAI berisial “D”. Ia mengaku tidak mendapatkan informasi mengenai Pemilwa. “Duh, aku gak tahu ada Pemilwa mbak. Gak tahu calon ketua HMJ-ku, apalagi yang lain. Soalnya juga gak ada yang sosialisasi ke kelasku,” katanya. Dari pernyataan Nikma dan “D" menunjukkan ketidak-tahuan mereka mengenai Pemilwa. Mereka mempertanyakan tidak adanya sosialisasi.
Mahasiswa IAIN Ponorogo yang tidak sedikit memaksa kreatifitas calon ketua OMIK dalam menyadarkan peran mereka sebagai anggota. “Saya sangat menyayangkan, untuk masalah keorganisasian, mahasiswa IAIN masih apatis. Bisa dilihat dari Kongres yang sepi. Padahal, publikasi oleh KPUM sudah ada. Ini menjadi PR untuk kemasan Kongres yang lebih baik nantinya,”  ungkap Faishal, calon tunggal ketua Dema IAIN Ponorogo.
Menyikapi kampanye yang terkesan sepi dan beberapa kandidat yang tidak melakukan kampanye sacara maksimal, Yusuf Fadilah selaku ketua KPUM menyampaikan bahwa hal itu adalah hak peserta Pemilwa. “KPUM memberi waktu sebegitu lamanya, kalau tidak dimanfaatkan ya itu hak peserta. Kalaupun tidak berkampanye, tidak akan mendapat sanksi,” jelasnya.
Pemaparan Yusuf mengenai nihilnya sanksi bagi peserta yang tidak berkampanye bertolak belakang dengan UU Pemilwa BAB III Pasal 14 No.4 poin d. Dalam poin tersebut dijelaskan kewajiban setiap peserta Pemilwa untuk mengikuti kampanye. Pertanyaannya, apakah ada suatu kewajiban yang tidak memiliki sanksi?
Terlepas dari kegiatan kampanye, terdapat hal lain yang menjadi kesibukan tersendiri bagi calon tunggal ketua OMIK. Pasca pembagian nomor urut dan pengumuman bakal kandidat yang lolos seleksi, KPUM mengintruksikan kepada calon tunggal untuk menyusun struktural organisasi. “Kemarin KPUM mengintruksikan untuk membuat struktural. Seperti sekretaris,bendahara, dll. Tetapi, tetap ada sosialisasi. Saya sendiri melakukan sosialisasi kepada stake holder kelas-kelas AS”, ujar Candra, calon tunggal ketua HMJ Akhwal as- Syakhsiyah.
Senada dengan itu, Asep, calon tunggal ketua Dema Fakultas Tarbiyah menyampaikan bahwa calon tunggal mengisi masa kampanye dengan membuat gambaran struktur organisasi. “Masa kampanye calon tunggal digunakan untuk mempersiapkan gambaran struktural dari pengurus harian hingga devisi-devisinya. Kalo penyampaian visi-misi nanti hari Senin”, tutur Asep saat kami wawancarai.
Dalam UU Pemilwa tercantum bahwa calon tunggal dipastikan akan aklamasi. Pun dicantumkan bahwa pembentukan pengurus merupakan hak prerogatif ketua terpilih. Namun sebelum ditentukan sebagai ketua terpilih, pantaskah para kandidat ketua tunggal membuat gambaran struktur organisasi yang bahkan belum resmi mereka pimpin? Apakah bisa disebut sebagai ketua terpilih ketika Pemilwa belum berakhir?
Meninjau pernyataan Chandra dan Asep, calon tunggal yang belum ditentukan menjadi ketua terpilih membuat gambaran struktural sebuah organisasi. Hal itu dilakukan dalam masa kampanye yang merupakan waktu untuk memaksimalkan pengenalan diri kepada mahasiswa.  Kegiatan Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia sekalipun tidak melakukan hal yang serupa.
Namun demikian, Yusuf Fadilah menyangkal memberi intruksi kepada calon ketua untuk membuat struktur organisasi. Ia mengaku hanya mengarahkan calon ketua untuk melakukan persiapan. “Wajar bila calon sudah mempersiapkan struktur organisasi. Tetapi tidak ada intruksi langsung dari KPUM tentang itu. Kami hanya mengimbau peserta untuk mempersiapkan visi-misi untuk hari Senin”, tegas Yusuf.
Dengan demikian, apakah hal-hal terkait Pemilwa yang dilakukan oleh para kandidat ketua dalam kampanye pada hajatan kongres Republik Mahasiswa IAIN Ponorogo dapat dikatakan sudah ideal?

Reporter : Adzka, Riza, Irin

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.