PBAK 2025 Dimulai: Pengenalan Budaya Kampus di Tengah Efisiensi
lpmalmillah.com - Kamis (14/08/2025), Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai
Ageng Muhammad Besari Ponorogo melaksanakan Pengenalan Budaya Akademik dan
Kemahasiswaan (PBAK) dalam rangka menyambut mahasiswa baru. PBAK dilaksanakan
selama empat hari, mulai tanggal 14 Agustus sampai 17 Agustus 2025. Pada
tanggal 14 dan 17 Agustus dilaksanakan PBAK di ranah universitas, serta tanggal
15 dan 16 Agustus dilaksanakan di fakultas masing-masing. Serangkaian kegiatan
ini dimulai pada pukul 05.00 hingga 16.00 WIB.
PBAK tahun ini mengambil tema “Meneguhkan Gerakan
Mahasiswa sebagai Pilar Intelektual dan Moral Bangsa” dengan nama angkatan ‘Raksa
Aksata’ yang bermakna menjaga nilai-nilai. Nilai-nilai yang dimaksud, yakni
nilai-nilai kemahasiswaan yang kini mulai luntur, seperti budaya dialektika,
minat baca, maupun forum-forum keilmuan yang sudah mulai berkurang.
Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Arrizal Diwa
Muzaki, Ketua Pelaksana PBAK Universitas. “Harapan kami dengan mengambil
nama angkatan tersebut nanti kita selaraskan juga dengan tema yang kita
gunakan. Itu nanti kita bisa menghegemoni semua calon mahasiswa, bahwasanya mau
jurusan apapun, mau fakultas apapun, membaca itu penting,” ungkapnya.
Pada pelaksanaan PBAK tahun ini, terdapat beberapa
perbedaan yang didasari oleh bedanya pemimpin dari kepanitiaan tersebut. Perbedaan
tersebut terlihat dari anggaran yang turun, materi yang diberikan, penataan
panggung dan peserta, serta atribut mahasiswa baru. “Untuk perbedaan pasti
ada, karena secara tidak langsung kita juga punya corak masing-masing, terutama
untuk ciri khas setiap pimpinan itu pasti akan berbeda-beda,” papar Arrizal
dalam wawancara dengan kru LPM aL-Millah (14/08/2025).
Dari segi anggaran, terdapat pemangkasan anggaran sebagai
imbas dari efisiensi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam PBAK tahun
ini, mengingat jumlah mahasiswa baru yang banyaknya hampir sama dengan tahun
lalu. “Perbedaan yang signifikan itu terkait anggaran sih. Sangat-sangat
signifikan karena tahun lalu anggarannya sekitar 250 juta, dan tahun ini hanya
sekitar 150 juta,” ujarnya.
Perbedaan lain terletak pada penyampaian materi. Berbeda
dengan PBAK tahun lalu yang materi-materi disampaikan di PBAK Universitas,
tahun ini terdapat satu materi yang dititipkan di PBAK Fakultas. Hal ini
dilakukan karena dirasa tidak efektif bila disampaikan di ranah universitas. “Kalau
itu dilaksanakan di universitas, dirasa kurang efektif dalam penyampaiannya,”
ucap Arrizal.
Selain itu, dari segi penataan peserta dan panggung pun
berbeda dari tahun kemarin. Pada tahun ini, panggung dibuat menghadap Selatan
ke arah gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Penataan peserta dibuat
satu arah karena mempertimbangkan kemudahan mobilisasi, dengan menggunakan satu
pintu untuk jalur keluar maupun masuk peserta PBAK.
Terkait penggunaan atribut, ada sedikit perbedaan dari Fakultas
Syariah yang tidak menggunakan ID card seperti fakultas lain. Sebagai
pengganti, mereka menggunakan slayer berwarna merah yang diikatkan di
lengan. “Kalau id card-nya itu slayer ini,” ucap Muhammad Wildan Arsya,
mahasiswa baru Hukum Ekonomi Syariah dengan menunjukkan slayer merah di
lengannya.
Di sisi lain, terdapat keluhan khusus yang dirasakan oleh
mahasiswa baru yang berasal dari rantauan. Beberapa kendala terdapat pada
biaya, perlengkapan kelompok, hingga perlengkapan pribadi seperti baju yang
harus digunakan. Beberapa mahasiswa mengaku kesulitan mencari pakaian yang
sesuai dengan ketentuan.
Kondisi ini disampaikan oleh Fika Zahra Aulia, mahasiswa
jurusan Akuntansi Syariah yang berasal dari Kabupaten Pacitan. Ia mengaku
kesulitan untuk mencari pakaian yang sesuai dengan ketentuan, belum lagi ketika
ada revisi mengenai dresscode yang dirasa tidak sesuai. Ia pun
menyarankan agar diadakan mitra kerja dengan toko penyedia baju batik untuk memudahkan
mahasiswa dalam mencari perlengkapan. “Jadi sarannya, dari pihak fakultas
ngadain mitra kerja ke toko pakaian yang di situ menyediakan baju batik,
menyediakan jilbab dan yang diperlukan dalam jumlah besar biar kita itu ngga
bingung mau beli itu benar atau salah,” ungkap Fika.
Penulis: Laisya, Laila
Editor: Rena
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.