Iklan Layanan

Cuplikan

Bukan Sulap Bukan Sihir, Tetapi Lobi

     

Sumber gambar: sarjanaekomomi.co.id

Cerpen oleh: Aji Leila

    Hari-hari dekat ini, adalah hari yang meriah di kampusku. Tepatnya di Univestas Gadjah Doedoek Kotanya banayak orang mengatakan kota Reyog. Kampus hijauku dalam waktu dekat ini akan melaksanakan pemilihan untuk organisasi intra, jika di kampusku agenda tersebut bernama Kongres.

    Sebagaimana kata orang-orang, kampus adalah miniatur negara dan mahasiswa sebagai agen of change adalah pembawa perubahannya. Jika aku mendengarkan kata-kata orang, semua yang ada di negara ditiru oleh kampus sebagai pembelajaran sehingga, nantinya saat akan terjun di masyarakat mereka bisa melakukan tugasnya.

    Temanku yang seorang aktivis organisasi bernama Johny juga berkata seperti itu. Yah, itu pembicaraan kami saat ngopi di warung sebelah kampus. Ia juga mengatakan bahwa, semua sistem dalam Pemilu itu sekarang sama dengan di kampus.

    “Kita sebagai agen of change harus berorganisasi dong. Masak kita setelah terjun ke masyarakat nggak tau apa-apa tentang negara kita. Di kampus tuh sudah mirip seperti negara, seperti organisasinya itu juga ada DPR nya, ada juga Presiden beserta menterinya. Pokoknya lengkap deh!!” jelasnya dengan riang.

    Nada suaranya riang, nampaknya ia sangat bangga karena mengetahui hal-hal tersebut. Matanya yang bulat besar berbinar semakin menunjukkan kebanggaan (mungkin juga disertai sombong, walaupun sedikit) karena ia mengikuti organisasi-organisasi tersebut.

    Memang tidak dapat kupungkiri bahwa ia memang aktif dan juga jiwa sosialnya baik, punya banyak teman. Ia saat semester tiga (3) kemarin juga menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan karena memiliki jaringan yang luas sehingga dengan mudahnya lolos. Ia juga mendapat dorongan teman-teman organisasi di luar kampus.
 
    “Kamu juga sebagai wartawannya kampus kan tentu tau kalo hari dekat ini mau ada kongres. Kira-kira aku juga mau nih naik lagi menjadi Gubernur. Banyangkan sekarang aku akan bisa menaungi satu fakultas. Satu fakultas Aji....  whaaaa... asik sekali pastinya,” celetuknya sombong.

    “Kamu itu ya, kok bisa-bisanya PD amat. Apa nggak tau kalo tingkat Fakultas banyak pesaingnya? kalau kamu nggak terpilih aku ketawain lho bro..... hwahwahwa..... ah mungkin kamu lolos menjadi calon aja nggak tentu bro..... hwahwahwa... gagaga... xixixixixxi,” jawabku meledek.

    “Yah elah broooo.... kamu tuh mainnya kurang jauh. Aku tuh ya punya jaringan kemana-mana. Jangankan lolos jadi calon, bahkan saat pemilihan itu aku yakin 70%  milih aku. Karena satu fakultas ini aku sudah kenal semua.” Balasnya.

    “Yah kok bisa bro?”  tanyaku keheranan melihat seri di wajahnya yang cemerang, mungkin juga ia terlihat sedikit sombong.

    “Makannya, kamu harus pintar-pintar nglobi ke semua orang. Biar temenmu banyak, nanti kalo ada apa-apa bisa enak dan lancar seperti jalan Tol Cipu-Cipu,”  jawabnya.


    Memang temanku yang satu ini bukan main. Aku selalu memberikan jempol padanya. Apakah sebegitu besar kekuatan dari lobi? Sehingga bisa membuat temanku PD-nya bukan maen. Apakah seperti itu kekuatan lidah? Sehingga orang-orang bisa terhanyut mengikutinya. Ataukah mungkin karena memang dia sosok pemimpin yang terpercaya oleh semua orang? Aku juga tidak tau apa yang menjadi penyebabnya, yang jelas dia yakin akan terpilih.

    Akhirnya ia memang terpilih. Ternyata benar apa yang dikatakan sahabat kecilku ini. "Ini bukan sihir tetapi kekuatan lobi,”  katanya. Lalu timbul pertanyaan dalam batinku. Apakah di negaraku dalam pemilu juga seperti ini ya? Apakah memang siapa yang memiliki jaringan terluas maka ia yang terpilih?

    Tetapi yang terpenting, aku juga ikut bahagia karena ia terpilih. Karena ia adalah teman kecilku, terlepas dari kekuatan lobi yang dilakukannya. Pokoknya aku plorotin tu celananya uangnya, kan dia terpilih, sukurin dong, eh, sukuran maksudnya.


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.