Iklan Layanan

Cuplikan

Audiensi Terbuka, SEMA FUAD: Hasil Belum Memuaskan

 

(Foto: Miftah)

lpmalmillah.com - Audiensi terbuka digelar oleh Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) pada Rabu, (18/01/2023). Acara tersebut dilaksanakan di aula FUAD, kampus II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Acara dimulai pada pukul 10.25 WIB dan diikuti oleh perwakilan dari organisasi mahasiswa di lingkup FUAD dan mahasiswa. Di samping itu, acara tersebut juga mengundang pihak dekanat dan jajaran kepala jurusan (Kajur) di lingkungan FUAD.

Berdasarkan press release yang ditulis oleh SEMA-F, audiensi ini membawa beberapa poin aspirasi sebagai berikut:

  1. Ketersediaan sarana dan prasarana yang layak bagi mahasiswa FUAD, berupa LCD proyektor, kipas angin, gorden, wastafel, dan sekretariat ormawa yang layak dan memadai.
  2. Menindaklanjuti secara tegas dan tuntas terkait oknum dosen yang melakukan kekerasan seksual terhadap mahasiswi agar tidak menambah korban berikutnya.
  3. Kejelasan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) untuk sebagian mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 beserta seluruh mahasiswa angkatan 2022.
  4.  Adanya lahan parkir yang nyaman dan layak.
  5. Kejelasan prosedur administrasi akademik fakultas.
  6.  Adanya fasilitas kesehatan bagi mahasiswa.
  7. Kejelasan proses sosialisasi penjurusan dan magang.

Selain tujuh tuntutan di atas, ada tambahan aspirasi yang disampaikan secara langsung oleh para mahasiswa, yaitu tentang pengenalan tata cara penulisan karya ilmiah, presensi kehadiran, dan juga Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).

Ketua SEMA-F mengungkapkan bahwa pengadaan audiensi ini dilatarbelakangi dari serap aspirasi yang disampaikan oleh para mahasiswa. “Kami dari senat mahasiswa sempat mengadakan yang namanya serap aspirasi. [Pelaksanaan audiensi itu didasarkan] dari serap aspirasi itu, teman-teman menyampaikan beberapa permasalahan seperti yang disampaikan pada forum,” ujar Lutfa Umi Masruroh.

Audiensi terbuka pagi ini berjalan dengan kondusif dan tertib sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan, penyelenggaraannya mendapatkan apresiasi dari Ahmad Munir. “Atas nama dekanat dan seluruh manajemen fakultas, terutama saya mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih kepada mahasiswa yang telah menginisiasi untuk menyampaikan hal-hal demi kebaikan bersama,” ujar Dekan FUAD tersebut.

Tak hanya itu, ia juga mengapresiasi terkait adab dan etika para mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi. Menurutnya, tiap aspirasi yang ada bukan untuk dipermasalahkan, namun dicarikan solusi melalui komunikasi bersama. Munir juga mengatakan bahwa akan menindaklanjuti tuntutan pertama dengan memeriksa dan memperbaiki ketersediaan sarana dan prasarana sebelum mahasiswa masuk perkuliahan semester genap. “Saya harap bapak Kabag [akademik fakultas] untuk mengecek setiap kelas agar proyektor maupun kipas angin berfungsi [secara] optimal,” sambungnya.

Sementara itu, berkaitan dengan penanganan dosen yang bertindak asusila, Dekan FUAD menjelaskan bahwa pihak kampus juga mengaku sudah menangani kasus lama yang dilaporkan. Sementara untuk kasus baru, mereka mengimbau mahasiswa untuk tidak takut melapor karena kampus punya komitmen untuk mengusutnya hingga tuntas. “Serta dari mahasiswa jangan takut untuk melaporkan. Sebab [kasus] ini masuk ranah privat, maka saya kira perlu penanganan yang khusus dan kita punya komitmen untuk mengusutnya [hingga] tuntas,” jelasnya.

Sedangkan untuk lahan parkir, hal itu merupakan ranah dari birokrat pusat, bukan ranah fakultas. Sehingga, pihak fakultas hanya bisa membantu untuk melaporkan pada pihak pusat. Selanjutnya, berkaitan dengan prosedur administrasi fakultas, semuanya dapat diakses di Dipmas (Dasbor Informasi Persuratan Mahasiswa).

Adapun terkait pengajuan proposal kegiatan, pihak fakultas hanya sebatas penanggungjawab. Kepala Bagian (Kabag) Akademik FUAD mengatakan, meskipun penganggaran dana di tingkat fakultas, pencairannya tetap melalui institut. “Untuk dana ormawa [fakultas] itu dianggarkan di fakultas, tetapi pencairannya langsung ke bendahara institut,” kata Ahmad Zainal Abdi.

Lebih lanjut, Abdi mengatakan bahwa KTM untuk mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 masih banyak yang belum diambil. Sementara itu, untuk angkatan 2022 sudah jadi dan masih di fakultas. “Banyak KTM yang belum diambil, termasuk kalender, buku bimbingan, dan buku akademik. Kalau untuk angkatan 2022, [KTM] masih banyak yang belum diambil dan masih [berada] di fakultas,” pungkasnya.

Sedangkan untuk fasilitas Kesehatan, pihak FUAD mengaku belum optimal, sebab belum mempunyai fasilitas klinik dan tenaga medis. Di kampus, hanya ada dua fasilitas kesehatan, yakni untuk kampus 1 di Gedung Rektorat dan kampus 2 berada di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Kemudian, terkait dengan sosialisasi penjurusan dan magang, Kayyis Fithri Ajhuri mengungkapkan ini merupakan hal baru yang dimulai pada angkatan 2020 dan sudah disosialisasikan lewat Zoom. “Waktu itu sosialisasi lewat Zoom, saya sudah menyampaikan entah nanti banyak yang mana, maka harus ada 1 kelas untuk mengisi yang satunya. Kalau tidak begitu, nanti bisa-bisa semuanya masuk ke broadcasting, malah tidak jadi ada penjurusan,” ungkap Kepala Jurusan KPI tersebut.

Di samping itu, untuk aspirasi tentang pengenalan tata cara kepenulisan karya ilmiah bisa dimasukkan ke dalam mata kuliah Bahasa Indonesia atau pun dibuat tutorial. Sedangkan untuk perizinan, mahasiswa bisa melakukan izin manual menggunakan surat keterangan izin yang disampaikan kepada dosen yang bersangkutan. Untuk aspirasi tambahan yang berupa SKPI, akan disosialisasikan mana yang bisa diakui dan tidak, serta mana yang bisa diajukan dan tidak.

Meski telah mendapat respon dari pihak FUAD, Lutfa mengaku belum puas terkait hasil dari audiensi. Hal ini disebabkan karena respon dari pihak dekanat dirasa masih belum memberikan titik terang yang pasti. Ia pun berkomitmen untuk mengawal tiap tuntutan yang telah diajukan. “Jadi, nanti juga tetep saya kawal, meskipun nanti saya tidak di SEMA tetapi saya tetap membantu adik-adik untuk mengawal [realisasi] dari audiensi ini,” katanya.

Senada dengan Lutfa, Nanda Rif’atuzzaqiya, mahasiswa KPI semester 4, mengaku belum puas dengan respon pihak FUAD. Harapannya, apa saja yang sudah disepakati bersama bisa direalisasikan. “Semua orang bisa nerima masukan, tetapi nggak semua orang bisa merealisasikan. Pinginnya, minimal untuk fasilitas itu diperbaiki dan secara umum direalisasikan lah apa yang sudah menjadi keputusan [bersama] ini,” harap Nanda Rif’atuzzaqiya.

Acara ini juga mendapat tanggapan dari peserta audiensi. Lailatul Fadhila Hikma Faiza mengatakan bahwa penyampaian aspirasi seperti ini dirasa lebih etis dan juga efektif dibandingkan dengan cara yang lain. “Setelah mengikuti acara ini, ternyata lebih efektif jika penyampaian aspirasi mahasiswa itu dilakukan melalui acara seperti ini. Daripada melalui cara yang kurang etis, menurut saya dengan menggunakan forum yang sifatnya formal tentunya lebih efektif,” ujar mahasiswa KPI semester 4 tersebut.

Reporter: Miftah

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.