Iklan Layanan

Cuplikan

Kongres VI, Kampanye Online Kembali Jadi Alternatif

(Sumber Gambar: telisik.com)

  lpmalmillah.com - Kongres VI Republik Mahasiswa (RM) IAIN Ponorogo telah menuju tahap akhir, yakni tahapan kampanye. Sebelum kampanye dilaksanakan, peserta kongres telah melakukan pengambilan nomor urut yang dilaksanakan pada (23/02/2022). Usai pengambilan nomor urut, peserta kongres melakukan kampanye yang dilaksanakan mulai tanggal 23-28 Februari 2022. Seperti yang kita ketahui, kampanye adalah usaha dari pasangan calon ketua atau anggota Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) untuk memperoleh dukungan dari mahasiswa yang bertujuan untuk mencapai kemenangan saat kongres.

Pelaksanaan kampanye tahun ini dilakukan serupa dengan seperti tahun kemarin, yakni secara online karena masih masa pandemi. “Metode kampanye masih berbasis media sosial atau online. Itu sudah tertera secara hukum di KPUM. (KPUM) belum bisa untuk memberikan izin untuk melaksanakan kampanye secara pertemuan (langsung, red.) karena memang sedang up (naik, red.) lagi terkait Corona varian baru,” ujar Arif Muhammad selaku Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa Institut (KPUM-I).

Dalam hal ini, kampanye online sangatlah bergantung pada penggunaan media sosial guna mengenalkan pasangan calon atau calon anggota, baik pasangan calon ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F), Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA-I) maupun Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F) serta Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I).

Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan para calon menemui beberapa kendala dalam pelaksanaan kampanye online, salah satunya dalam memulai kampanye. “Untuk kendala mungkin kita bingung untuk memulai nge-share-nya itu biar mereka (mahasiswa, red.) bantu nge-share. Kendala lain itu ada yang gatau menahu soal paslon atau kongres, contoh mahasiswa semester dua. Ujug (tiba-tiba, red.) keluar nama ini calon institut,” ujar Aldila Mayang, calon Ketua DEMA Institut.

Hal serupa juga disampaikan oleh Arif. Ia mengungkapkan bahwa partisipasi mahasiswa terkait kongres masih minim. “Kendala yang pertama memang karena kampanye ini masih lewat media sosial atau online, partisipasi dari mahasiswa umum sangat minim karena kampanye dari calon itu juga dirasa masih sangat kurang untuk mengkampanyekan dirinya sebagai calon yang menduduki ketua-ketua di wilayah intra. Selain itu, awareness (kesadaran, red.) dari mahasiswa umum terkait demokrasi perlu dibangun kembali untuk kedepannya,” ungkapnya.

Terkait media yang digunakan, Aldila mengatakan bahwa ia menggunakan beberapa media sosial untuk kampanye. “Berhubungan kampanye yg dilakukan itu hanya enam hari, jadi kita fokus di branding visi misi di Instagram sama story Whatsapp dan share ke berbagai grup alumni, orda, UKM serta kosma-kosma lainnya,” ujarnya.

Meskipun berbagai media telah digunakan oleh peserta kongres, namun banyak mahasiswa yang kurang mengetahui informasi mengenai peserta kongres. “Ya saya mengetahui paslonnya, tapi tidak mengenali siapa mereka, mungkin hanya 1-2 yang saya kenal. Untuk visi misinya kita mengetahuinya hanya dari tulisan yang ada di pamflet paslon,” ujar Septina Niza mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) semester dua.

Senada dengan itu, Ahmad Choirul Huda mahasiswa dari jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester empat pun kurang mengetahui secara pasti profil peserta kongres beserta visi misinya. “Kurang mengetahui secara pasti dan begitu juga dengan visi serta misinya, hanya mengetahui sekilas dari story WhatsApp temen,” ujarnya.

Kampanye ini juga mendapati beberapa tanggapan dari peserta kongres. Salah satu peserta menyampaikan bahwasanya kampanye ini sudah lebih efektif dibandingkan tahun kemarin. “Menurut saya kampanye online sebenarnya nggak jauh berbeda. Akan tetapi, melihat keefektifan di masa sekarang karena online, ini salah satu strategi agar (mahasiswa) mengetahui informasi,” ujar Masrukin selaku calon Ketua HMJ MPI. 

Hal serupa juga disampaikan oleh Oksahidha selaku calon Ketua HMJ Ekonomi Syari'ah (ES). “Kalau misal dibandingkan tahun lalu, saya rasa lebih efektif karena dengan dua metode offline dan online. Harusnya mahasiswa sudah tahu siapa aja calonnya, kecuali untuk mahasiswa apatis tidak mau tahu,” ujarnya. 

Berbeda dari Masrukin dan Oksahidha, Dimas Bayu mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) semester dua menyampaikan bahwasanya kampanye ini kurang efektif. “Kalo menurutku kampanye online kayak gini tuh kurang efektif banget, terus pengaruhnya juga ga akan banyak. Kebanyakan ga merhatiin apa yang disampein dia (calon, red.). Terus kalaupun mau nyoblos atau milih bakalan milih yang dekat dengan si pemilih, bukan dari hasil kampanye para kandidat,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Arif Muhammad selaku Ketua KPUM Institut menyampaikan harapannya untuk kampanye tahun ini. “Saya kira tetep itu sih (harapannya), partisipasi. Suksesnya kongres itu bukan terpilihnya calon, bukan calonnya atau nanti itu siapa. Tetapi suksesnya kongres ini adalah ketika banyak partisipasi dan awareness dari mahasiswa umum yang peduli terkait demokrasi,” ujarnya.


Reporter: Est, Kum, Sal, Feb, Ind, Zah, Mif, Nir, Dit

Penulis: Salsabila, Azizah, Miftah


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.