Iklan Layanan

Cuplikan

Gusdurian Ponorogo Peringati Haul Satu Dekade Gus Dur Bersama Aan Anshori

Foto oleh Sapulidi
lpmalmillah.com- Minggu (05/01/20), Gusdurian Ponorogo menggelar Pentas Budaya dan Doa Bersama dalam rangka memperingati satu dekade Haul Gus Dur. Agenda ini dihadiri pula oleh belasan komunitas dan organisasi serta tamu undangan dari lintas agama di Ponorogo.

Pada pukul 20.00 Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo mulai dipenuhi ratusan audien yang didominasi pemuda. Acara berlangsung meriah dengan penampilan tari dari komunitas Sapulidi, Langit Malam, Sekubik Project, IPNU, akustik, serta pembacaan puisi oleh Sutejo (Sutejo Spectrum Center).

Demikian pula orasi kemanusiaan  disampaikan oleh Aan Anshori, Koordinator JIAD (Jaringan Islam Anti Diskriminasi). Ia membedah sisi lain perwalian Gus Dur yang sebenarnya bisa diikuti oleh siapapun. Bagi Aan, seorang wali dilihat dari beberapa tanda. Pertama, ketika ia meninggal, banyak orang yang hadir berziarah. Kedua, setelah meninggal makamnya masih dikunjungi banyak orang. "Orang kalau masih hidup, dibutuhkan dan didatangi biasa. Sedangkan Gus Dur, meski mati bisa menghidupi yang hidup," katanya sembari menunjukkan data perolehan kotak amal di makam Gus Dur yang mencapai 250 juta perbulan.
Foto: pembacaan puisi
Pegiat Gusdurian Jombang ini juga menyampaikan, cara Gus Dur melindungi nama baik Tuhan yakni berani mengorbankan identitasnya untuk membela orang yang beridentitas lain. "Meski bukan termasuk kelompok minoritas, Gus Dur berani untuk bersejajar dengan mereka supaya tidak terus dipersekusi," ujarnya.

Pada sesi tanya jawab, Aan menyarankan hadirin untuk sering-sering membaca wirid ‘pada dasarnya setiap orang adalah baik’. Ia kembali mengaitkan dengan Gus Dur yang pernah mengatakan bahwa tidak ada yang namanya orang jahat, namun mereka masih berproses menjadi orang baik.

Dalam acara ini juga ditampilkan sembilan nilai Gus Dur. Nilai tersebut yaitu ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokal. Nilai-nilai tersebut dibentuk oleh Gusdurian Ciganjur untuk dijadikan pedoman dalam komunitas Gusdurian (Orang-orang yang mencintai, mengagumi dan meneladani Gus Dur).

Terakhir, pembabat Gusdurian di Jawa Timur itu menyerahkan pilihan pada audien. "Gusdur sudah meretas cara perwalian, tinggal kita mau mengikuti atau tidak," tutupnya.

Reporter; Adzka

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.