DIBOHONGIN PANITIA, KOK MAU?
Oleh
Ula
Panggung sandiwara IAIN
Ponorogo digelar dalam rangkaian acara Pengenalan Budaya Akademik dan
Kemahasiswaan (PBAK). Tentu saja hal ini yang ditunggu-tunggu mahasiswa baru untuk
lebih kenal dunia kampus dan sebagai ajang
panitia membuat kerusuhan. Wkwkk
Berbicara soal PBAK, mempercayai panitia berkoar-koar perihal PBAK dijadikan syarat skripsi rupanya
sudah menjamur di kalangan mahasiswa baru. Bagaimana Maba tidak percaya, orang
masih lugu dan merelakan dirinya untuk dikerjai panitia PBAK. Luar biasa bukan?
Ngomong-ngomong soal
PBAK tau ngga sih, kalo peserta sebenernya dibohongi panitia. Wkwkk kasihan
yaa. Pernah dengar ngga, kalo panitia bilang PBAK itu wajib, kalo nggak ikut
nanti nggak dapet sertifikat dan sertifikat itu digunakan sebagai syarat
skripsi. Waaw ngeri ya.
Dulu waktu tetangga
saya masih Maba pun demikian, serasa dibodohi
katanya waktu ikut PBAK. Tapi, tetangga saya geram setelah tau di laman web
lpmalmillah.com ada sertifikat mangkrak tahun 2015 yang terdapat tanda
tangan Syaifullah (Wakil Rektor III) akan tetapi tanpa dibubuhi stempel yang
sah. Berarati sertifikat itu ilegal
kan ya?
Hal di atas juga terjadi Pada tahun 2016, Aan
mahasiswa semester 7 mengaku bahwa ia tidak
mendapat sertifikat. “Di tahun saya PBAK, dulu namanya OPAK
(2016) tidak dapat sertifikat,” terang Aan Syaifuddin. Nah, kalo misalkan persyaratan skripsi itu harus pakai sertifikat PBAK, berarti
mahasiswa 2015 dan 2016 nggak bisa ikut skripsi dong? Mana nih, panitia nggak tanggung jawab! Jangan lari dari
kenyataan woy.
Bukan itu aja sih sebenernya, pada tahun 2017 juga menghadapi masalah yang
sama sertifikat yang tak kunjung dibagi, dalam
artian tidak ada. Gimana dong nasib
mereka? Jadi sedih liatnya.
Padahal panitia sudah
menganggarkan dana untuk sertifikat. Jika tidak ada wujud dari sertifikat
tersebut, lalu uangnya digunakan untuk apa? Apa digunakan untuk foya-foya? Atau
masuk rekening mereka? Udah lah ya. Toh nanti mereka juga yang akan
menanggungnya.
Jika demikian berarti
panitia punya utang dong? yang katanya menjanjikan
dapat sertifikat tapi nyatanya zonk. Memangnya jika skripsi itu butuh
sertifikat PBAK, panitia mau bertanggungjawab? gimana kalo misalnya ditanya
bagian akademik:
“lho mana sertifikat PBAK nya?”
“Maaf pak nggak punya, tanya aja sama panitia PBAK”
Hmmm, baiklah mungkin
itu jawaban yang tepat. Hayoloo, panitia buruan insaf gih! Hobi kok bohongin
orang.
Tapi pernyataan panitia
sedikit benernya, pasalnya mahasiswa angkatan 2015 juga bisa skripsi sekarang, sudah
wisuda malah. Padahal mereka tidak dapat sertifikat PBAK/OPAK.
Jadi, sebenarnya
skripsi itu butuh sertifikat PBAK nggak sih?
Menurut Agus Romdhon Wakil dekan III Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
(FUAD) tidak ada payung hukum tentang sertifikat sebagai syarat skripsi. “Kalau setahu saya nggak ada payung hukum tentang
sertifikat menjadi syarat untuk skripsi,” terang Agus. Nyesel-nyesel tuh ikut PBAK.
Tapi jangan sepenuhnya
nyalahin panitia dong, kasihan kan mereka udah rela nggak tidur berhari-hari demi
memperalat peserta PBAK lancar tapi malah disalahin. Contoh tuh panitia,
subuh-subuh udah di kampus, nggak molor terus. Uhh, Sini peluk.
Beri applause dulu yuk buat panitia yang
selalu buat para mahasiswa baru tetep semangat meskipun mereka terus membohongi
lelah.
Berita kayak gini harusnya dibagiin waktu hari pertama PBAK ke maba biar seru
ReplyDeleteHahaha...kenapa nggk awal2 aja dishare. Biar nda usah ada aja sekalian tuh pbak. Kan mereka kata. Mu. Diperalat. Kalo nggk ada pbak kan panitia (hmj,sema f,dema f,sema i, dema i) nggak perlu pusing2...
ReplyDelete@Anonymous belajar lagi ya, tentang jurnalistik, biar bisa mbedain mana brita mana opini :-D
ReplyDeleteTulisan diatas memenuhi unsur" berita, tpi tidak memenuhi ciri" berita. Contoh FAKTUAL = benar" nyata, dapat dibuktikan kebenarannya, tidak membohongi, tidak bersifat memprofokasi. Dan tulisan diatas dapat memprofokasi, berarti bukan berita. :"
ReplyDeletePenjaring pikiran konstruktif atau penjaring pikiran pragmatis? Hanya bisa berdoa semoga pembaca tidak emosi, tidak menyerang si penulis (verbal dan nonverbal), dan tidak terkena imbasnya aamiin
ReplyDeleteCah iki gek omong opppppoooo....
Deletetulisan diatas emang bukan berita, tapi opini. penulis beropini bukan tanpa data maupun bukti yang kuat, justru penulis mempunyai data yang kuat, kalau ingin klarifikasi mari datang langsung ke seketariat al millah.
ReplyDelete