Perjuangan dalam Menggapai Mimpi
Oleh: Yaya
Di pagi yang cerah tampak sosok perempuan cantik nan jelita sedang
menyusuri jalan. Dia bernama Ittaqi Tafuzi, berasal dari Ibu kota Indonesia yang
terkenal akan kemacetannya, yaitu Jakarta. Tapakan kakinya mengarah pada
bangunan tinggi kokoh dan sangat di impi-impikan setiap siswa lulusan SMA, SMK
maupun Madrasah Aliyah. Bangunan itu akrab dengan sebutan kampus, bernama
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Hari itu Ittaqi nampak berjalan seraya
menggenggam sebuah stopmap hijau yang berisikan
surat-surat pendaftaran mahasiwa baru. Setelah sampai di tempat tujuan, ia
memasuki salah satu ruangan, di dalamnya
terpenuhi oleh calon pendaftar. Tiba saatnya giliran Ittaqi untuk mengajukan
surat-surat pendaftaran sambil menuliskan identitas lengkap dan pilihan
jurusan. Sekiranya semua urusan telah selesai, Ittaqi kembali pulang ke rumah neneknya.
Selang beberapa hari muncul pengumuman tentang adanya beasiswa.
Dalam benaknya, Ittaqi sangat ingin mendapatkan beasiswa. Namun, hal itu tidak
seperti membalikkan kedua telapak tangan. Harus diimbangi dengan semua jerih
payah untuk bisa mendapatkan beasiswa.
Di suasana panas menyengat Ittaqi datang kembali ke kampus, dengan
tatapan penuh harapan sambil berkata, “semoga apa yang aku usahakan tidak akan
sia-sia,” gumam Ittaqi.
Tiba-tiba Ittaqi dikejutkan oleh seseorang yang datang menepuk
pundak nya dari belakang.
Tak butuh waktu lama Ittaqi langsung bertanya, “siapa kamu, kenapa
tiba-tiba mengagetkan ku?” masih terheran melihat sosok yang tak dikenalnya.
Disahutlah orang baru itu. “Namaku Salsa aku juga ingin sepertimu,
mendaftarkan diri untuk bisa mendapatkan beasiswa.”
Dengan sedikit rasa malu Ittaqi berkata “oh, gitu ya udah kita
barengan saja masuk ke dalam,” ajakan Ittaqi kepada teman barunya.
Terlihat mereka
berdua saling memperkenalkan diri masing-masing sambil bercanda selama menyusuri
lorong. Sesampainya di ruangan, nampak 3 orang yang mempunyai tugas
masing-masing. Perempuaan sebelah kiri bernama Bu Riska bertugas menulis data peserta
pendaftar beasiswa, kemudian perempuan bagian tengah yaitu bu Fatimah bertugas mengecek
kelengkapan administrasi yang telah ditentukan, dan perempuan sebelah kanan
bertugas memberikan pengarahan teknis kepada pendaftar beasiswa.
Kembalilah Ittaqi dan Salsa ke rumah. Pada pertengahan jalan Ittaqi berkata dengan penuh harapan. “Semoga tesnya nanti berjalan dengan lancar ya.”
Kembalilah Ittaqi dan Salsa ke rumah. Pada pertengahan jalan Ittaqi berkata dengan penuh harapan. “Semoga tesnya nanti berjalan dengan lancar ya.”
“Iya, semoga saja mudah dan lancar,” sahut Salsa.
“Eh...iya sudah hampir sampai rumah. Hati-hati di jalan Sa,” ucap
Ittaqi
“Iya makasih,” sahut Salsa.
Rembulan
memancarkan sinarnya menerangi jagad raya. Detik itulah Ittaqi bersujud
meyembah Allah, berdoa dengan mengharap apa yang dia mimpikan menjadi nyata.
Tak cukup dengan itu saja, setelah dia sholat malam kemudian belajar dengan
rajin dan sangat semangat.
Esok hari, tanpa
sengaja Ittaqi bertemu Salsa sedang jogging di depan rumahnya.
“Hai Sa habis dari mana?” tanya Ittaqi
“Habis jogging tadi hehehe...Ohhh iya besok kita tes pendaftaran
beasiswa kan?”
“Iya, besok kita beraangkat bareng aq tunggu jam 7 pagi”
“Ok besok aku jemput kamu,” celetus Salsa.
Jam berdering
tepat pukul 7 pagi diiringi dengan senyum indah sang mentari. Waktunya bagi
Ittaqi dan Salsa berangkat tes beasiswa. Mereka berdua menyusuri jalana menuju
kampus. Dengan sedikit rasa takut dan gugup, Ittaqi berkata, “apapun hasilnya nanti, kita harus yakin, percaya bahwa kita bisa melewati semua itu
dengan baik,” terangnya.
Setelah waktu nya tiba mereka memasuki ruangan dengan wajah percaya
diri, optimis dan semangat. Tampak dari luar pintu mereka berdua sangat serius
mengerjakan tes tersebut.
Waktu terus
berjalan hingga tak terasa telah habis masa ujian. Keduanya keluar dari ruangan
dengan rasa sangat lega. Namun agak takut juga, sebab harus menunggu hasil tes selama
kurang lebih satu jam. Dengan kesabaran dan keyakinan Ittaqi dan Salsa mencoba
yakin bahwa mereka bisa lolos tes.
Terlihat sorotan
seorang dosen yang membawakan hasil tes berbalut stopmap hijau, dosen tersebut
mengabarkan bahwa Ittaqi Tafuzi dan Salsabila Putri telah berhasil lolos dalam
tes beasiswa. Mereka berdua sangat sangat senang sekaligus bersyukur karena apa
yang telah mereka usahakan selama ini tak sia-sia. Belajar dan berdoa adalah
usahanya selama ini.
Setelah 1 tahun
menjadi mahasiswa di UIN Malang. Mereka berusaha belajar dengan keras supaya
nilainya stabil dan prestasinya meningkat. Sehingga, beasiswa tidak akan hilang sampai mereka wisuda nanti.
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.