Iklan Layanan

Cuplikan

Perdana: UKM Seiya Gandeng Muhammad Yaser Arafat dalam Sarasehan Budaya

dok. Irfan

lpmalmillah.com, Ponorogo - Jumat (13/04/2018), UKM Seni Budaya (Seiya) adakan Sarasehan Budaya bertemakan “Tilawah Jawa dan Seni Islam Nusantara”. Acara yang ditujukan untuk umum tersebut dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dan  dosen. Tak tanggung-tanggung, yang dihadirkan sebagai narasumber adalah Muhammad Yaser Arafat, qori' yang melantunkan Alquran dengan langgam Jawa di Istana Negara dan sempat hangat dibicarakan publik.

UKM Seiya selalu identik dengan pertunjukan, drama, teater dan pentas. Tapi kali UKM Seni Budaya mengambil langkah berbeda dalam menyelenggarakan acara. “Kami mencoba gaya baru dengan Sarasehan Budaya ini,” tutur Dika Pratama selaku Ketua Seiya.

Hal tersebut diamini oleh Dadang, Pembina UKM Seiya. Menurutnya, penting untuk membangun wacana seni di IAIN Ponorogo, “Karena Islam dapat diterima di sini melalui jalur kesenian tanpa meningggalkan unsur keislaman maupun unsur budaya Jawa.” Jelas Dadang.

Pertama-tama, Muhammad Yasser Arafat sebagai narasumber memulai sarasehan dengan beberapa pengantar. Ia menyayangkan bahwa kini hampir semua  isu didominasi oleh kebudayaan dan sastra. Mulai dari puisi, shalawat, hingga bersalaman dengan guru. Sebagai contoh, baru di tahun 2018 puisi ciptaan tahun 80-an dan 2006 diperkarakan.

 Terkait membaca Alquran dengan langgam Jawa, menurutnya merupakan budaya warisan dari sesepuh terdahulu. Bacaan yang kini dikenal sebagai qiroah sab’ah baru masuk ke Indonesia tahun 50-60’an. Pernyataannya didasari oleh buku Buya Hamka mengenai perjalanan haji. “Di situ Buya Hamka menuliskan bahwa saat mendengar tilawah lalu mengatakan, di Indonesia harus dikembangkan,  karena belum ada. Jadi kemungkinan sebelum tahun itu bacaan Alquran menggunakan nada lain,” jelas Yasser yang tinggal di Yogyakarta ini.

Pria kelahiran Medan ini pun berpesan agar hadirin bisa berkontribusi untuk menghidupkan seni dan budaya. “Mari kita menghidupkan Nusantara, masuk ke ranah yang sedikit sekali disentuh saat ini,” pesan Yasser.

Setelah itu, dilanjutkan pemateri ke dua yaitu Ahmad Luthfi, dosen filsafat IAIN Ponorogo. Untuk materi ke dua, materi lebih mengarah ke tasawufisasi dan kejawen. Luthfi menuturkan, orang Jawa selalu berusaha berusaha harmonis dengan sekitar. “Bagi orang Jawa dunia gaib adalah sebuah eksistensi, dimana eksistensi tersebut berdampingan dengan eksistensi manusia yang tidak boleh ada binary opposition. Saya misalkan begini, semakin anda meluapkan kesalahan anda, maka orang yang benar akan menghantam anda, berlaku pula sebaliknya,” kata Ahmad Luthfi.

Selesai pemateri menyampaikan materinya, sesi tanya jawab dibuka. Dari salah satu peserta bertanya, “Saya pernah mendengar pembacaan ayat Al-Quran dengan langgam jawa, saya begitu menimati, akan tetapi ayat-ayat yang dibaca panjang pendeknya melampaui aturan ilmu tajwid. Bagaimana menurut anda?”  

Muhammad Yasser Arafat mengungkapkan bahwa itu adalah cara orang Jawa dalam menghayati ayat suci Alquran. Masalah panjang pendek, itu bukanlah masalah besar, bahkan setiap ulama memiliki standart yang berbeda mengenai panjang pendek pembacaan ayat suci Alquran.

Acara yang dimoderatori oleh Muchlis Daroini sekalu Dosen IAIN Ponorgo ini ditutup bengan pembacaan ayat suci Alquran dengan langgam Jawa oleh Muhammad Yasser Arafat. Semua peserta terlihat tenang dan menghayati pembacaan ayat suci tersebut. Setelah selesai, seisi ruangan riuh dengan tepuk tangan peserta.

Reporter: Irfan

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.