Mendadak, Instruksi Pengumpulan Buku Resahkan Maba FUAD
(29/8/17) Pengenalan Budaya Akademik
dan Kemahasiswaan IAIN Ponorogo memasuki hari kedua.Mahasiswa baru (Maba) memasuki sesi pengenalan fakultas dan jurusan masing-masing. Pada Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), Maba dikejutkan dengan mendadaknya pengumuman tugas membawa buku
dari panitia yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Tak
hayal hal tetsebut menimbulkan berbagai pertanyaan yang mendasar. Mengapa
info disampaikan mendadak satu hari sebelum pengumpulan? Apa maksud
dari pengumpulan buku tersebut?
Salah satu Maba Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ajeng, mengaku kaget
karena baru diumumkan menjelang pulang dari kampus. “Ya lumayan memberatkan, tapi alhamdulillah dapet”, kata Ajeng.
Maba dibolehkan pulang jam empat
sore dan keesokaan harinya harus sudah membawa buku. Waktu yang diberikan pada
Maba terhitung singkat. Belum lagi mereka memerlukan waktu istirahat setelah
seharian mengikuti PBAK.
Menurut Ina Imroatul selaku ketua
Senat Mahasiswa FUAD, wacana pengumpulan buku diprakarsai oleh Dewan Eksekutif
Mahasiswa FUAD. “Itu yang merencanakan
dari Dema”, ujar Ina.
Ketua Dema FUAD, Adi Ari Hamzah
membenarkan hal tersebut. Ia pun menyangkal hal ini merupakan kewajiban. “Iya memang ada, tapi bukan wajib bagi Maba.
Kami hanya menghimbau. Semuanya tergantung kesadaran mahasiswa yang memang
seharusnya akrab dengan buku”, tegas Adi.
Adi menyampaikan, pengumpulan buku dibagi menjadi tiga kriteria.
Filsafat dasar, Komunikasi dasar, dan Psikologi dasar. Buku-buku tersebut menurutnya
sesuai dengan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ilmu Al-Quran dan Tafsir,
dan Bimbingan Penyuluhan Islam. Pertimbangan lain yang menguatkan pengumpulan
buku ini menurutnya, karena FUAD adalah fakultas para pemikir dan sangat butuh
banyak membaca, pengumpulan buku dilakukan untuk meningkatkan minat baca
mahasiswa.
Mengenai keterlambatan pengumuman,
menurutnyahal ini karena baru dimusyawarahkan oleh panitia. Adi menyatakan
musyawarah panitia mengenai problematika mahasiswa menghasilkan wacana agar
Maba mengumpulkan buku bacaan. Padahal jika pengumuman disampaikan pada waktu Technical Meeting, Maba memiliki lebih
banyak waktu untuk mencari buku.
Akan tetapi, salah satu panitia, sebut
saja Mawar (bukan nama asli), mengungkapkan bahwa ia
tidak mengetahui sama sekali mengenai pengumpulan buku. Ia juga mengaku kaget
saat mendengar pengumuman kepada Maba. “Gak
ada omongan dan gak musyawarah. Aku juga baru denger pas orasi. Padahal malem sebelumnya
pas rapat gak dibahas”, ujar Mawar.
Pernyataan Mawar menunjukkan
terdapat asimetri informasi antar beberapa bagian panitia. Pihak Dema mengaku
bahwa tugas pengumpulan buku merupakan hasil musyawarah
bersama panitia, namun Mawar mengelaknya. Menjadi sesuatu yang disayangkan atas kurangnya
koordinasi panitia, mengingat informasi pengumpulan buku tersebut telah sampai ke Maba.
Menurut Adi, jika Maba tidak membawa
buku tidak akan mendapatkan sanksi. Panitia pun menyadari keterbatasan waktu
yang dimiliki mahasiswa. Jika nantinya tidak bisa terkumpul hari ini, tidak
dipermasalahkan.
Buku yang terkumpul masih belum ditentukan tindak lanjutnya. “Jika banyak baru didonasikan. Tapi ya nanti
kondisional lah. Nanti juga masih mau dimusyawarahkan”, terang Adi.
Petinggi mahasiswa jurusan
memiliki harapan agar mahasiswa FUAD dekat dengan buku. Namun prosedur
yang dijalankan menunjukkan kurangnya kesiapan panitia. Hal itu juga terlihat
dari tindak lanjut pengumpulan buku yang masih belum dimusyawarahkan.
Pengumpulan buku serupa pernah
diwajibkan kepada Maba 2016. Namun pada akhirnya hanya menjadi tumpukan yang
tak terurus di kantor Senat Mahasiswa Jurusan Ushuluddin Adab dan Dakwah
(sebelum menjadi Fakultas). Hal itu disampaikan oleh Fahmi selaku anggota SMJ
saat itu. “Ya, memang benar ada buku-buku
yang berserakan hasil OPAK tahun lalu”, jelas Fahmi saat kami tanyai via WhatsApp.
Apabila pada akhirnya buku Maba
ditelantarkan seperti tahun lalu, buku yang Maba serahkan kepada panitia untuk
didonasikan akan sia-sia. Maka mengantisipasi hal itu, Adi menyampaikan bahwa
pihaknya akan memobilisasi massa untuk mengurus perpustakaan.
Intruksi pengumpulan buku
pernah dilakukan namun tidak maksimal dalam penggunaannya. Pihak FUAD
meyakinkan bahwa akan memaksimalkan penggunaannya. Bagaimana pihak rektorat
fakultas menanggapi hal ini?
Agus Romdlon, Wakil
Dekan III bagian kemahasiswaan FUAD mengatakan bahwa pihaknya tidak tahu menahu
mengenai pengumpulan buku tersebut. Ia mengapresiasi niat Dema yang baik. Akan
tetapi menurutnya, prosedur yang
dilakukan belum tertata. Ia juga menyayangkan apabila Maba merasa kesulitan
dalam mencari buku yang ditentukan.”Saya
tidak tahu. Apabila dikonsultasikan sebelumnya, saya pasti mendukung. Ya saya
harap buku tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik”, tutur Agus saat kami
temui di kantornya.
Rabu Sore (30/8/17),
seusai penutupan, Maba diinstruksikan untuk mengumpulkan buku ke panitia
setelah bersalam-salaman. Keadaan tidak kondusif karena Maba banyak yang sibuk selfie, bahkan ada pula yang buru-buru pulang. Salah satu Maba KPI, Fitriyana,
mengakui hal itu. “Iya tadi dibilangin
sih, tapi saya buru-buru pulang dan nggak ngumpulin buku”, tegasnya.
Pengumpulan buku yang diinfokan
kepada Maba FUAD sehari sebelumnya memberatkan mahasiswa. "Saya bingung,
jam segitu harus nyari buku dimana?",
imbuh Ajeng.
Pihak Dema menyangkal bahwa itu merupakan
kewajiban. Namun pemberian tugas tersebut bisa dikatakan rencana
di luar agenda PBAK, sehingga realisasinya terlihat kurang
maksimal. Adakah kemungkinan buku
yang dikumpulkan Maba akan memberikan timbal balik seperti yang diharapkan?
Reporter : Riza
Penulis : Adzka
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.