Iklan Layanan

Cuplikan

Di Balik Terbengkalainya Telaga Mantili Dirja

(Foto: Roni)
Features oleh: Naufal

Diam-diam, Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit, memiliki tempat wisata tersembunyi. Telaga Mantili Dirja namanya. Sayangnya, keberadaan telaga tersebut kian memudar popularitasnya karena kurang terawat. Padahal beberapa tahun lalu, tepatnya sebelum pandemi Covid-19, wisata ini masih ramai pengunjung dan masih terawat kelestariannya.

Saya dan teman-teman yang memang berniat mengunjungi telaga tersebut berangkat untuk melihat-lihat ke telaga. Selama perjalanan, kami melewati medan yang penuh tikungan, sedikit tanjakan, serta sebagian jalanan yang rusak dan berbatu. Namun, hal tersebut tidak membuat saya merasa lelah maupun jenuh. Justru hal ini memicu semangat saya untuk menuju ke lokasi telaga. Pemandangan alam sepanjang perjalanan yang jarang saya temui membuat saya menikmati perjalanan ini. 

Selang beberapa waktu kemudian, kami mendapati sebuah pintu masuk yang berupa gapura dari bambu. Di bagian atas terdapat spanduk yang bertuliskan “Selamat Datang di Objek Wisata Telaga Mantili Dirja”. Kesan pertama yang muncul di pikiran kami adalah tempat ini cukup tidak terurus. Hal tersebut tergambar dari kondisi spanduk yang sobek-sobek dan tidak beraturan. Karena rasa penasaran, kami pun masuk lebih dalam ke area wisata telaga.

Hal yang pertama yang kami temui setelah melewati gapura adalah sebuah tempat yang mirip dengan pendopo joglo. Di sanalah tempat di mana kami bisa merasakan keteduhan yang ditawarkan oleh wisata ini. Banyaknya pepohonan di sekitar telaga membuat siapapun bisa betah di sana. Lebih jauh lagi, sebelah timur telaga terdapat gazebo yang terlihat tidak begitu terurus. Kondisi air telaga sendiri terlihat keruh dan hijau karena adanya lumut. Sebenarnya, di belakang telaga juga terdapat spot untuk foto. Namun, keadaannya yang telah lapuk menjadikan objek wisata ini benar-benar sudah seperti istirahat. 

“Di telaga tersebut biasanya ada kegiatan bersih desa yang diadakan di hari Jum’at terakhir bulan Sela,” ucap wanita paruh baya yang memang tinggal di dekat telaga. Sempat kami ajak ia berbincang mengenai Telaga Mantili Dirja untuk menggali lebih lanjut perkembangan-perkembangan wisata telaga yang kini terlihat tidak tersentuh tangan manusia untuk diberi perawatan. 

Setelah mendapat sedikit informasi, kami melanjutkan perjalanan menemui Gunarto yang merupakan juru kunci dari Telaga Mantili Dirja. Ia menyampaikan bahwa sebenarnya yang merawat telaga adalah karang taruna desa. Pun sejak 2018, wisata desa tersebut sudah ramai oleh pengunjung. Namun, pandemi Covid-19 datang bersama persoalan-persoalan pelik yang mengiringinya, menyebabkan Telaga Mantili Dirja terkena dampak hingga sekarang ini.

Sementara itu, Predianto selaku ketua karang taruna memberikan keluh kesahnya terkait menurunnya keantusiasan para anggota lainnya dalam melestarikan dan mengurusi Telaga Mantili Dirja. Terlebih, bisa dikatakan bahwa yang biasa diajak bermusyawarah hanya orang-orang yang mau saja. “Waktu kumpulan, para pemuda lainnya saat diajak musyawarah itu, ya, yang mau hadir saja. Jadi keantusiasan anggota lainnya tidak kompak,” jelas Predianto.

Mendengar apa yang dikatakan oleh ketua karang taruna tersebut, kemudian sebuah pikiran terlintas di benak saya. Sangat disayangkan jika hingga nanti telaga ini dibiarkan tanpa adanya perawatan. Mengingat keindahan dan suasana asri yang ditawarkan ini sudah cukup jarang untuk dijumpai. Ditambah lagi, jika nantinya wisata ini bisa hidup kembali, perekonomian masyarakat sekitar telaga bisa hidup kembali.

PJTD 2023

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.