Iklan Layanan

Cuplikan

Launching Majalah Edisi 39, LPM aL-Millah Soroti Permasalahan Sampah di Ponorogo

(Foto: Tim Dokumentasi LPM aL-Millah)

    lpmalmillah.com - Sabtu, (18/02/2023), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) aL-Millah mengadakan launching majalah edisi ke-39 dengan judul Kalang Kabut Pengelolaan Sampah. Dihadiri 160 peserta, acara yang mulai pukul 08.04 WIB di Graha Watoe Dhakon ini juga dirangkaikan dengan dialog interaktif yang bertema ‘Mengurai Permasalahan sampah di Ponorogo’ dengan tujuan untuk merumuskan solusi mengenai permasalahan sampah di Ponorogo, khususnya di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Mrican. 

    Sebelum dialog, acara diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Miftahul Huda selaku Wakil Rektor III Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo kepada Muchlis Daroini, Pembina LPM aL-Millah. Pemotongan tumpeng ini merupakan wujud simbolis atas rasa syukur terhadap launching majalah tersebut.

    Dalam majalah edisi ke-39 ini, ada tiga topik utama yang ditulis, yaitu bahasan utama, laporan utama, dan liputan khusus. Di bahasan utama yang berjudul Gagap Pengelolaan, Sampah Mengancam Kehidupan Bumi, penulis membahas tentang kondisi Indonesia yang darurat sampah sehingga menyebabkan banyak TPA kelebihan kapasitas (overload) akibat minimnya pemahaman terkait pengelolaan sampah.

    Selanjutnya, terdapat laporan utama dengan judul Minim Pengelolaan, Bencana Akibat sampah TPA Mrican Mengintai. Di sini, penulis membahas kondisi TPA Mrican semakin mengkhawatirkan karena sudah melebihi kapasitas. Dengan 90 ton sampah yang ditimbun tiap harinya dan ditambah minimnya pengelolaan, potensi berbagai bencana pun mengintai masyarakat sekitar, salah satunya longsor pada gunungan sampah.

    Terakhir, ada liputan khusus berjudul Sampah Kian Menggunung, Limbah Cair TPA Mrican Resahkan Warga dan Petani. Di bahasan ini, penulis menyorot bagaimana air lindi, yakni limbah yang berasal dari tumpukan sampah di TPA Mrican, menimbulkan dampak bagi lingkungan dan air hingga meresahkan warga sekitar. Keadaan ini memicu aksi para warga untuk meminta tindakan kepada pemerintah agar segera mengatasi persoalan limbah.

    Mengacu pada tiga topik utama, permasalahan sampah yang kompleks tersebut berhulu pada pengelolaan sampah yang tidak efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dela Septiana Umul Pratiwi, Redaktur Pelaksana (Redpel) Majalah. “Karena manusia berdampingan dengan sampah dan merasakan dampaknya. Selain itu, dampak sampah organik yang menghasilkan zat metana bisa mengakibatkan krisis iklim. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan sampah yang tidak efektif hingga menyebabkan overload TPA, seperti di Mrican,” tuturnya dalam sambutan.

    Dalam dialog interaktif yang dipandu oleh Adzka Haniina Al Barri, materi pertama disampaikan oleh Muhammad Ma’ruf, Wakil Ketua I Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ponorogo. Ia menyampaikan bahwa pengelolaan sampah yang kurang tepat bukan hanya disebabkan oleh pemerintah, akan tetapi gaya konsumtif masyarakat yang semakin meningkat. Hal ini akhirnya menimbulkan tumpukan sampah sehingga pengelolaannya menjadi tidak efektif.

    Kemudian, Abri Susilo sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo menjelaskan bahwa sebanyak 400 ton sampah akan terus menumpuk di TPA Mrican. Dalam hal ini, harus diterapkan reduce-reuse-recycle guna meminimalisir banyaknya sampah yang dibuang ke sana. Sebab, luas TPA yang dulunya 2,7 hektare, sekarang hanya tinggal 2,2 hektare setelah sisanya digunakan sebagai lahan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

    Ketiga, Miseri Efendy, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ponorogo, membahas perihal sanksi yang diberikan kepada pihak yang melakukan pencemaran sampah. Selain itu, ia juga menekankan bahwa persoalan sampah merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. “Persoalan sampah tentunya tidak menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi harus menjadi tanggung jawab bersama. Tidak adil jika harus disalahkan pemerintah saja,” ujarnya.

    Sebelum dialog berakhir, dilakukan sesi tanya jawab. Terdapat empat orang penanya, salah satunya adalah Hanif Zain, mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Ia menanyakan tentang peran pemerintah dalam memfasilitasi sarana dan prasarana pengolahan sampah serta rencana soal lahan baru TPA.

    Sejauh mana pemerintah memfasilitasi sarana prasarana pengolahan sampah dan apakah rekomendasi pemerintah terkait lahan baru untuk pengolahan sampah dapat mengantisipasi terjadinya TPA Mrican selanjutnya?” tanyanya.

    Menanggapi pertanyaan tersebut, Abri menjawab bahwa pemerintah sudah menyiapkan dana untuk lahan TPA di beberapa daerah sebagai solusi dari penumpukan sampah di Mrican. “Terkait penyiapan lahan untuk mengurangi sampah yang menggunung, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran terkait lahan baru TPA,” jawab Abri.

    Keseluruhan acara launching majalah mendapatkan respon positif dari peserta, salah satunya Atikah. Menurutnya, topik yang diangkat menarik dan jarang dibahas oleh khalayak. “Acaranya seru dan topiknya sangat menarik karena jarang sekali yang membahas permasalahan tentang sampah. Seperti yang kita ketahui, problematika sampah belum ada penanganan yang efektif dan masalahnya masih terus bermunculan. Harapannya dengan adanya acara ini, semoga permasalahan mengenai sampah bisa terselesaikan dengan baik,” ungkap mahasiswa hukum Universitas PGRI Madiun semester 6 tersebut.

    Terakhir, Lia Rahmawati selaku ketua panitia pun berharap rangkaian acara launching dapat memberi manfaat bagi peserta yang hadir dan memunculkan kesadaran untuk meminimalisir sampah. Tak hanya itu, ia berharap masyarakat dan pemerintah segera turut serta untuk menanggulangi permasalahan sampah di Ponorogo. “Saya berharap, masyarakat dan pemerintah segera menanggulangi permasalahan sampah di Ponorogo,” harapnya.

    Tak lupa, Lia juga berpesan pada mahasiswa untuk mulai mengurangi penggunaan sampah plastik yang sulit terurai. “Untuk mahasiswa IAIN khususnya, [semoga] dapat meminimalisir penggunaan plastik, misalnya dengan membawa botol sendiri dari rumah. Kemudian, memilah sampah sebelum membuangnya seperti memisahkan antara sampah organik dengan anorganik,” pungkasnya.

Reporter: Retno, Alifah, Rizki (Magang)

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.