Iklan Layanan

Cuplikan

Nasib Peternak Sapi Perah di Tengah Wabah



(Ilustrasi: Aldian)

Opini oleh: Esti

Mendengar kata Pudak, pasti terpikir pula soal susu sapi. Sebab, Kecamatan Pudak merupakan salah satu sentra sapi perah sekaligus penghasil susu terbesar di Ponorogo. Adanya peternakan sapi perah tersebut menjadi sektor penghasilan utama bagi masyarakat di sana. Bahkan, hampir 80% warga Pudak, termasuk Desa Pudak Kulon, menjadikan susu sapi perah sebagai satu-satunya sumber pendapatan. Namun, saat ini para peternak sedang mengalami permasalahan akan produksi susunya. Hal itu disebabkan karena munculnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang telah menyerang ternak sapi perah. PMK tergolong penyakit akut yang penyebarannya melalui infeksi virus dan mudah menular.

Munculnya PMK dapat mengakibatkan penurunan angka produksi susu sapi perah di Kecamatan Pudak dan berdampak pada pendapatan masyarakat. Apalagi, mengingat mayoritas penduduk di Desa Pudak Kulon tidak memiliki mata pencaharian lain selain peternak sapi perah dan hanya sebagian kecil yang berprofesi sebagai petani sayur. Mewabahnya PMK membuat peternak merugi sebab jumlah produksi susu yang menurun, ditambah biaya pengobatan maupun pencegahan yang tidaklah murah. Bisa dilihat bahwa munculnya penyakit ini membuat peternak harus mengeluarkan biaya lebih untuk pemberian vitamin, suplemen, antibiotik, dan obat-obatan. Waktu pengobatannya pun relatif cukup lama, yakni sekitar 2 bulan.

Saat ini, tindakan yang dilakukan di Desa Pudak Kulon hanyalah sebuah penanganan awal, yakni dengan menyuntikan antibiotik pada sapi yang terkena PMK. Padahal, antibiotik dapat memengaruhi kualitas susu sapi menjadi tak layak konsumsi. Sehingga, susu-susu tersebut tidak bisa dijual pada pembeli karena tidak memenuhi syarat kualitas susu yang baik. Ujung-ujungnya, susu yang telah diperah harus terbuang sia-sia. Pemberian antibiotik tersebut pun hanya bisa menghambat penyebaran virus PMK, bukan memberantasnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Guru Besar Nutrisi Gizi Ternak Ruminansia, Prof. Hendrawan dalam kominfo.jatimprov.go.id (02/06/2022), tidak ada obat yang bisa memberantas PMK kecuali vaksinasi, sementara obat lain yang diberikan hanya memperkecil ruang lingkup penyebaran virusnya saja.

Adanya tindakan penanganan awal dan pencegahan dari pemerintah tentu patut diapresiasi. Akan tetapi, mengingat jumlah hewan yang terpapar PMK semakin banyak, pengobatan dengan vaksinasi harusnya segera direalisasikan. Semestinya vaksin diberikan secara gratis ataupun subsidi untuk meringankan beban biaya pada peternak, namun ternyata pemerintah Desa Pudak Kulon sendiri belum mampu untuk melakukannya. Dimana, pemerintah Desa Pudak Kulon berencana untuk mengeluarkan vaksin dengan biaya mandiri. Adanya wacana itu tentu membuat para peternak tercekik. Ada kemungkinan beberapa peternak tak melakukan vaksinasi karena harganya yang tidak terjangkau, apalagi mengingat tidak adanya pemasukan lagi. Bukannya untung malah buntung, begitu kata pepatah.

Vaksinasi bagi hewan yang terjangkit PMK pun tidak bisa hanya dilakukan sekali saja, sebab butuh waktu minimal 8-15 hari agar sapi dapat sembuh. Vaksinasi juga harus menjadi program tahunan hingga PMK benar-benar hilang. Lantas, bagaimana jika sapi tidak vaksin? Tentunya, waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan pun semakin lama dan selama itu juga peternak harus menanggung kerugian lebih banyak lagi. Kerugian mungkin terjadi saat susu yang diberikan terus-menerus tidak memenuhi kualitas, sementara pembeli terus membutuhkan pasokan. Maka, bukan hal mustahil bahwa peternak akan kehilangan tempat pemasaran atau pendistribusian susu. Ditambah lagi, selama ini mereka juga hanya bergantung pada satu ataupun dua pemasok untuk pendistribusian susunya.

Cepat atau lambat, masyarakat butuh langkah pasti terkait upaya penanganan, bukan lagi soal antisipasi atau pencegahan, bahkan malah sekadar penyuluhan. Sebuah realita yang tidak bisa dihindari; sebuah wabah yang siap tidak siap, harus segera diatasi. Karena, tidak menutup kemungkinan bahwa perekonomian penduduk sekitar akan mengalami penurunan selama beberapa bulan ke depan. Mengaca dari kasus outbreak PMK di Inggris pada tahun 2001, hanya dalam waktu 14 hari saja seluruh wilayah peternakan di Inggris sudah terinfeksi. Virus ini berhasil memporak-porandakan perekonomian para peternak di masa itu. Lalu, apakah fenomena yang terjadi di Inggris akan terulang di sini?

Jika fenomena ini terjadi lebih lama dari waktu yang diperkiraan, misalnya, sampai beberapa bulan ke depan atau beberapa tahun sebagaimana pandemi Covid-19, bayangkan apa yang akan terjadi pada desa dengan julukan sentra sapi perah terbesar dan supplier susu perusahaan terkenal karena wabah PMK ini? Mungkinkah mereka juga akan kehilangan tempat pemasaran atau pendistribusian susu? Lalu, bagaimana cara masyarakat bertahan hidup jika mata pencaharian utama terpaksa harus berhenti? Apakah mungkin sentra sapi perah dan produksi susunya akan vakum jika kondisi ini terus berlanjut?

 

PJTD 2022


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.