Iklan Layanan

Cuplikan

Pupus

Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com
Oleh Ali

Bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah keinginan setiap alumni siswa sekolah menegah atas. Termasuk Alif yang kini sudah menjadi Mahasiswa, seorang anak laki-laki yang terlahir dari keluarga kurang mampu. Pekerjaan bapaknya sehari-hari menjadi tukang becak dan ibunya serabutan. Walaupun terlahir dari keluarga kurang mampu, Alif memiliki cita-cita yg sangat mulia, ingin menjadi Guru. Orangtua Alif berharap cita-cita anaknya tercapai, kepandaian Alif tidak bisa diragukan lagi sejak SD sampai SMA. Nama Alif selalu masuk deretan ranking tiga besar. Mahasiswa yang kini sudah berada di semester dua ini sangat bersyukur ia dapat melanjutkan studinya. Meskipun ia bukan berasal dari keluarga kaya, tapi tetap tak menyurutkan semangatnya. Bahkan ia sampai bekerja paruh waktu untuk keperluan kuliahnya ini.

“Kamu ikut seleksi beasiswa prestasi aja, Lif. Lumayan, kamu kan punya banyak prestasi bidang olahraga dan akademik. Jadi kalau dapat beasiswa itu kamu gak perlu lagi kerja sampai kaya gini,” ujar Riki, teman seangkatan Alif.

Alif manggut-manggut seraya menjawab, “Iya, Rik. Insya Allah aku memang mau daftar beasiswa itu. Kemarin dapet info kalau banyak mahasiswa yang mendapat beasiswa ini. Kakak kelasku dulu sewaktu SMA juga banyak yang dapat.”

Semangat semakin membakar diri Alif, ia optimis akan apa yang diinginkannya ini. Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan seleksi beasiswa non akademik di kampusnya dibuka, ia sudah mempersiapkan segala persyaratannya dengan berbekal pengalaman dari kakak tingkatnya. Begitu pun sertifikat-sertifikat dan medali-medalinya yang banyak ia peroleh dalam bidang olahraga.

Sekian detik telah berlalu. Dengan semangat yang sama sekali tidak luntur, Alif mendaftakan dirinya sebagai calon penerima beasiswa non akademik. Ia mengirimkan data-data dan pesyaratan yang harus dipenuhi. Mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui.

Sekian detik telah berlalu. Dengan semangat yang sama sekali tidak luntur, Alif mendaftakan dirinya sebagai calon penerima beasiswa non akademik. Ia mengirimkan data-data dan pesyaratan yang harus dipenuhi dan mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui.

Setelah tahapan-tahapan telah dilaui, kini ia tinggal menunggu hasilnya saja. Tak pernah absen ia berdo’a di setiap salat fardhunya. Bahkan ia pun seringkai bangun pada dini hari untuk menyampaikan hajatnya ini. 

Pengumuman pun tiba, Alif tak lagi sabar untuk mengetahuinya. Ia segera membuka website resmi kampusnya untuk melihat apakah namanya tercantum sebagai penerima beasiswa non akademik. Senyum yang semula tercetak jelas di wajahnya tiba-tiba memudar. Raut mukanya tak secerah tadi, membuat Riki yang berada di sampingnya bertanya-tanya.

“Gimana, Lif?” tanya Riki penasaran.

“Gagal,” jawab Alif dengan nada lirih. Terlihat sekali bagiaman keadaan hatinya saat ini.

Riki mengambil ponsel Alif yang kini tergeletak di sampingnya. Ia melihat pengumuman yang membuat temannya bersedih itu. Ia terkejut, ternyata penerima beasiswa ini di luar perkiraannya. Jumlahnya tidak seperti tahun-tahun kemarin yang ia tahu. 

“Lho, Lif. Ini kok Cuma dikit ya yang diterima?”

Alif tidak menaggapi, ia hanya diam saja.


Tiba-tiba datang seseorang dari arah belakang mereka dan membuat keduanya kaget. Orang itu adalah Huda, kakak tingkat mereka.

“Ada apa ini?” tanya Huda.

“Ini lho, Kak. Alif mengajukan beasiswa non akademik dan sudah mengirimkan berkas sesuai persyaratan tapi ternyata tidak diterima. Ternyata mahasiswa yang diterima Cuma sedikit.”

“Oh, iya. Dengar-dengar memang kuota penerima beasiswa non akademik dikurangi,” kata Huda.

“Memangnya kenapa pihak kampus mengurangi, Kak?” tanya Riki.

“Sebenarnya bukan pihak kampus  yang mengurangi. Tapi memang dari pemerintah,” jelas Huda.

Alif dan Riki manggut-manggut.

“Hmmm… Mungkin memang belum rezekiku. Mungkin Tuhan ingin memberikan jalan yang lain. Melalui kerja menunggu warung kopi setiap malam yang aku lakukan cukup membantu mengurangi beban orangtuaku membiayaiku kuliah,” kata Alif dengan suara yang dibuat tegar. 

No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.