Iklan Layanan

Cuplikan

Diskusi dan NOBAR ‘Wage’, Ingatkan Kembali Perjuangan WR. Soepratman


Reporter : Irfan
Foto : Irfan 

www.lpmalmillah.com-- (05/06/2018) Dema Institut IAIN Ponorogo bersama Opshid Media, Organisasi Siddiqiyyah, dan Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI) menyelenggarakan Diskusi dan Nonton Bareng film ‘Wage’. Acara yang mengambil tema: Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya tersebut diisi oleh Dadang Pembina UKM SEIYA IAIN Ponorogo, Leli Mey dari Komunitas Api Bandung, dan Ivan Nugroho selaku Direktur Opshid Media.

Wage adalah sebuah film yang mengisahkan WR. Soepratman. Ia adalah pahlawan nasional yang berbeda dari pahlawan nasional lainnnya. Ia tidak berjuang dengan cara mengangkat sejata, akan tetapi berjuang dalam bidang musik dan sastra. Soepratman tak pernah patah semangat meski dalam berkarya selalu dihalang halangi oleh pihak belanda. Bahkan ia gigih berkarya meski dalam penjara.

Dadang mengatakan dalam materinya bahwa akhir-akhir ini banyak sekali yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurutnya belakangan ini banyak terjadi guncangan-guncangan yang menyebabkan disintegrasi bangsa. Seperti intoleransi, terorisme, aksi-aksi radikal yang mengatasnamakan agama. “Kita harus menyadari setiap anak bangsa itu berbeda, tetapi masih satu kesatuan. Kita ibaratkan dengan pertunjukan musik. Itu terdiri dari berbagai intrumen. Tapi justru itu yang menjadikannya indah. Kalau cuma ada satu instrument pastinya kurang menarik,” jelas Dadang dalam materinya.

Selanjutnya materi kedua diisi oleh Leli mey.  Menurutnya membangun sebuah badan harus didahului dengan membangun jiwanya terlebih dahulu. Yakni menanamkan jiwa nasionalisme dan cinta tanah air sebelum membangun sebuah negara. Hal ini yang dilakukan oleh WR. Soepratman. Ia membangun jiwa nasionalisme melaui karya-karyanya utamanya di bidang musik. ”Wage berfikir keras menentukan formula yang mampu menyatukan dan membangun jiwa-jiwa bangsa Indonesia. Karena sebelum membangun badan maka jiwanya yang terlebih dahulu dibangun. Dengan penuh cinta, Wage menulis lagu kebangsaan,” paparnya.

Selanjutnya, Ikhwan Nugroho selaku Dirut Opshid Media mengungkapkan begitu disayangkan anak masa kini terlalu banyak menonton film yang kurang ada pesan moralnya misalnya film percintaan dan horror. Maka dibuatlah film tentang WR Soepratman. Dibuatnya film ini untuk mengungkap pengarang lagu Indonesia Raya. “Anak zaman sekarang terlau banyak dicekoki film cinta-cintaan dan horror. Disini kami mencoba hal baru. Kami membuat film dokumenter. Kita bukan hanya mengungkap lagu kebangsaan tapi juga pengarangnya,” terangnya.

Salah satu peserta yang hadir bertanya mengenai arti kata ‘raya’ dalam lagu kebangsaan Indonesia. “Raya mengandung makna yang universal. Raya mungkin juga dapat diartikan keberagaman. Dimana Indonesia memiliki berbagai macam keberagaman,” jelas Dadang.

Selesai sesi tanya jawab dilanjutkan dengan menonton film. Para peserta begitu antusias dan menjiwai film tersebut. Peserta masih belum banyak yang bubar meski waktu buka puasa tiba. Tak jarang dari mereka menangis waktu adegan WR. Soepratman meninggal. Acara ini mendapat apresiasi yang baik dari hadirin. “Acaranya sangat bagus dan menarik. Dari sini kita jadi tahu sejarah panjang terciptanya lagu kebangsaan ini. Untuk persiapan bisa lebih matang. Karena tadi ada sedikit kesalahan teknis,” ungkap Angger mahasiswa  PAI semester 4.


2 comments:

  1. Alhamdulillah, terimakasihvatas apresiasi seluruh peserta diskusi kebangsaan dan nobar WAGE..IAIN ponorogo keren dan hangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih juga kami ucapkan atas ilmu yang telah dibagikan kemarin,,, :-)

      Delete

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.