Iklan Layanan

Cuplikan

Hujan Angin Melanda, Gedung FEBI Porak Poranda


Opini Oleh: Hanif

 FEBIku Hebat, FEBIku Dahsyat!

 Dipuji tidak terbang, dihujat tidak tumbang. Lolos dari ujian akademik, tapi tidak lolos dari ujian hujan...

Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang megah,  terlihat paling mewah diantara dua gedung lainnya, yaitu Gedung Fakultas Syariah (FASYA) dan Gedung Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). Gedung megah ini memiliki beberapa ruang dan fasilitas yang bisa diunggulkan dari gedung lainnya. Sebut saja seperti auditorium mewah, fasilitas kamar mandi yang “katanya” berstandar bandara, dan perpustakaan yang baru-baru ini sudah diresmikan. Tentu segala kemegahan itu tidak terlepas dari uang pembangunan yang diajukan ke proyek Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), besarannya mencapai sekitar Rp 28.075.600.000,-. 

Dilansir dari Majalah LPM aL-Millah edisi 37 pada rubrik Kampusiana, Gedung FEBI dibangun pada 15 Mei 2017 hingga tahun 2018. Setahun setelah peresmian, 2019, gedung itu baru ditata dan difungsikan untuk kegiatan mahasiswa FEBI. Artinya, sampai pada saat ini Gedung FEBI kurang lebih sudah digunakan selama tiga tahun. Jika kita lihat dari usia bangunan yang masih relatif baru, maka seharusnya gedung tersebut masih kokoh serta belum banyak terjadi kerusakan. 

Menurut penulis, sebenarnya kerusakan memang wajar saja terjadi, tetapi kenapa bisa sampai separah ini? Tentu hal ini tidak bisa diwajarkan begitu saja. Penulis yang juga mahasiswa FEBI, mengalami dan melihat sendiri kerusakan demi kerusakan yang ada di gedung tersebut. Misalnya saja pada plafon kamar mandi yang jebol di lantai empat, beberapa pintu kamar mandi yang sudah rusak, aliran air yang kadang tidak lancar, dan masih banyak lagi kerusakan lainnya.

Kerusakan yang cukup parah terjadi pada tahun 2020 lalu. Kira-kira satu tahun setelah peresmian gedung tersebut, tepatnya pada musim hujan juga. Plafon ruang auditorium lantai empat FEBI runtuh, padahal ruangan itu bisa dikatakan ruangan eksklusif daripada ruang lainnya. Sontak kejadian ini menggegerkan publik, banyak foto dan video beredar mengenai kejadian tersebut. Memang tidak ada korban dalam peristiwa tersebut tapi kejadian ini tidak bisa diwajarkan begitu saja. Lagi-lagi, mengingat usianya yang masih “muda” tapi sudah terjadi kerusakan separah itu.

Terjadi lagi, untuk kedua kalinya publik harus dihebohkan dengan kejadian luar biasa di Gedung FEBI. Entah kebetulan atau bagaimana, peristiwanya terjadi saat hujan disertai angin melanda gedung megah itu. Dilansir dari lpmalmillah.com, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 14.45 WIB. Hujan deras disertai angin kencang itu menyisakan bekas kerusakan yang cukup parah meliputi runtuhan plafon yang berserakan di lantai satu serta serpihan kaca di beberapa tempat. Mungkin hujan itu menguji kekuatan bangunan yang sudah lewat dua tahun dari peresmiannya.

Bisa dikatakan bahwa Gedung FEBI memang belum lama berdiri, bahkan belum lama pula digunakan. Apalagi, sudah sekitar satu tahun terakhir ini mahasiswa FEBI tidak berada di gedung tersebut karena pembelajaran daring. Tapi kenapa sudah terjadi kerusakan-kerusakan kecil sampai kerusakan yang cukup parah? Apakah kerusakan itu disebabkan oleh kurangnya perawatan semata? Atau memang terdapat faktor lain pada pembangunan Gedung FEBI sehingga timbul banyak kerusakan?

Sedikit menilik ke belakang, awalnya Gedung FEBI tersebut rencananya akan dinamai Gedung Syariah. Dalam proses pembangunannya, terjadi kemoloran waktu pengerjaan. Penyebabnya adalah tenaga kerja yang kurang, suplai material yang tidak teratur, dan proses pengerjaan yang tidak benar. Selain itu, gedung tersebut menyimpan kasus wanprestasi yang menyeret beberapa nama, termasuk IAIN Ponorogo. Barangkali hal itu tidak pernah muncul ke permukaan tapi menyimpan pertanyaan besar. Apakah buntut rangkaian kejadian tersebut berakibat pada ironisnya Gedung FEBI saat ini? Apakah kasus tersebut sudah menemui akhir? Entahlah.

Jika kita ingin sedikit berorientasi ke depan, salah satu cita-cita bersama kampus kita adalah untuk naik level dari IAIN menjadi UIN pada periode ini. Maka sudah seharusnya seluruh civitas kampus saling bekerja sama untuk terus berbenah, khususnya bagi para pemangku kebijakan. Apakah sudah pantas untuk naik level jika gedungnya saja masih menyimpan misteri yang berpotensi menjadi malapetaka bagi penghuninya? Selain ngebut mengejar kuantitas, ada kualitas yang tidak boleh dilupakan mulai dari SDM serta segala sarana prasarananya. 

Penulis sangat berharap agar musim hujan kedepannya, Gedung FEBI lebih kuat menahan cobaannya. Jangan sampai kejadian-kejadian memilukan itu terulang lagi. Viral dengan hal yang baik tentu sangat menyenangkan. Tetapi jika viral oleh hal yang menghebohkan seperti di atas, mau ditaruh mana nama baik kita? Silakan anda jawab sendiri. 


No comments

Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.