Komedi 100 Hari Bupati: Evaluasi Kinerja Berakhir Kericuhan Massa
lpmalmillah.com - Jumat (30/05/2025), aksi Panggung Rakyat yang
diadakan di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ponorogo
berakhir dengan kericuhan. Hal ini disebabkan karena kelompok masyarakat yang
tidak terima dengan candaan dari salah satu komedian.
Pada periode kedua ini, Bupati Ponorogo telah
mencapai hari keseratus masa kepemimpinan. Sebagai perwujudan demokrasi, Peta
Project yang berkolaborasi dengan Stand Up Comedy Ponorogo menggelar
aksi Panggung Rakyat. Acara ini diagendakan pada pukul 13.30 WIB, tetapi baru dimulai
pada pukul 15.15 WIB.
Aksi Panggung Rakyat yang digelar untuk umum
ini memberikan peluang kepada masyarakat Ponorogo untuk menyampaikan kritik,
saran, apresiasi, aspirasi, serta evaluasi terhadap Pemerintah Kabupaten
Ponorogo, khususnya bupati dan wakil bupati. Tujuan dari digelarnya Panggung Rakyat, tak lain untuk mewujudkan prinsip dasar demokrasi, sebab kekuasaan tanpa pengawasan berpotensi melahirkan tirani. Berbagai elemen masyarakat pun
turut serta dalam acara ini, baik organisasi, aktivis, komunitas, serta
mahasiswa. Penjagaan aparat kepolisian turut hadir mewarnai aksi evaluasi
kinerja bupati.
Panggung Rakyat ini dimulai dengan penampilan
panggung oleh perwakilan dari Stand Up Comedy Ponorogo. Akan tetapi, suasana
tiba-tiba berubah menjadi tak terkendali akibat sindiran bahwa Monumen Reog
Ponorogo yang saat ini tengah dalam proses pembangunan dikatakan sebagai
‘Monumen Kucing’. Hal itu memicu amarah kelompok masyarakat yang merasa ikon
kebanggaan Ponorogo dicoreng namanya.
Dalam penampilannya, komedian tersebut telah
menyelipkan sindiran bahwa penyebutan monumen kucing dikarenakan
pembangunannya yang belum selesai. Kendati demikian, penjelasan tersebut tidak
dapat meredakan amarah kelompok masyarakat yang terlanjur panas.
Guna meredakan situasi yang memanas, pihak
pemandu acara mencoba meredamnya dengan mengatakan bahwa ungkapan tadi hanya
sebatas materi komedi. Akan tetapi bukannya mereda, situasi semakin tidak
terkendali hingga komedian tersebut diamankan pihak kepolisian di dalam Gedung
DPRD guna menghindari amukan massa.
Kelompok masyarakat yang tersinggung meminta
kepada penutur monumen kucing untuk segera klarifikasi atas candaannya.
Mereka mendesak komedian itu untuk segera keluar dari Gedung DPRD. Selang 10
menit, komedian yang dikawal oleh beberapa anggota kepolisian kembali muncul ke
publik dengan mengungkapkan permohonan maaf atas penyebutan monumen kucing
dalam aksi panggungnya.
Seusai klarifikasi yang masih diselingi
teriakan massa, acara yang seharusnya berlangsung dengan berbagai penampilan
dari para partisipan terpaksa dihentikan, sehingga tidak ada aksi apapun lagi
setelahnya.
Menurut kelompok masyarakat yang merasa candaan komedian tersebut mencoreng nama Monumen Reog, Panggung Rakyat ini dinilai
terlalu provokatif. Salah satu pihaknya, Aan Parianto menyebutkan bahwa tidak
masalah menjadi pihak oposisi asalkan memberikan pernyataan yang bagus dan
tidak bertentangan. “Njenengan oposisi monggo (silakan anda menjadi oposisi),
tapi berikan statement/opini yang bagus,” tutur Aan.
Penulis: Laila
Editor: Rena
No comments
Komentar apapun, tanggung jawab pribadi masing-masing komentator, bukan tanggung jawab redaksi.